Kabar DaerahOpini

“Ashabul Islah”

Penulis: Raizal Arifin

Sekjen DPP PUI

إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا

Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini, pada setiap akhir seratus tahun, orang yang memperbaharui untuk umat agama mereka” (HR Abu Dawud no. 4291)

Ada satu momentum Sejarah kelam yang harus kita ingat dengan mendalam di tahun 2024 ini. Genap seratus tahun yang lalu kekhalifahan Turki Utsmaniyah runtuh, tepatnya 3 maret 1924. Kita selayaknya berduka cita atas tragedi yang menimpa ummat Islam ini. Namun bukan untuk diratapi dan terpuruk, tapi untuk mengingatkan bahwa kita punya tugas besar mengembalikan supremasi kedaulatan ummat Islam.

Kerinduan ini juga memunculkan harapan besar munculnya Mujaddid di Tahun 2024 ini. Kerinduan ini wajar muncul karena kita butuh sosok pembaharu yang menuntun ummat ke Cahaya Islam di Tengah pekatnya kegilaan akhir zaman. Kita butuh sosok yang membela dan melindungi hak-hak ummat ditengah berbagai deraan dan cobaan yang dirasakan ummat Islam dari timur hingga ke barat.

Di Tengah pengharapan dan kerinduan ini, tugas kita bukanlah berpangku tangan. Sebagai ummat Islam, kita tidak boleh larut dalam kedukaan dan keterpurukan atas apa yang terjadi seratus tahun lalu. Justru ingatan Sejarah ini haruslah melahirkan kesadaran, semangat dan dedikasi untuk membuat ummat Islam Kembali tegak berdiri.

Dengan segala keterbatasan dan kealpaan diri, mungkin kita bukanlah mujjadid yang sesuai dengan kriteria yang layak untuk menjadi pembaharu agamaNya. Namun bukan berarti kita tidak bisa berkontribusi atau melakukan apapun. Kita tetap punya tanggung jawab dan peran yang harus dilakukan untuk merawat dan memajukan sepenggal surga yang telah Allah titipkan kepada kita: Indonesia.

Rasanya saat ini tugas kita bukanlah menepi atau bersembunyi dalam gua seperti Ashabul Kahfi. Insya Allah kita punya modal akidah dan pegangan Qur’an Hadis yang cukup memadai untuk menjaga iman kita. Saat ini, Masyarakat dan Ummat butuh kontribusi, kiprah, karya dan kerja-kerja kita untuk menjaga akidah ummat, menjaga kemanusiaan, membangun persatuan, menjalankan peran kepemimpinan, juga mewujudkan kemakmuran bagi seluruh penghuni bumi Indonesia ini.

Inilah yang mungkin dimaksudkan oleh masyayikh KH Ahmad Sanusi dan KH Abdul Halim dengan menggariskan delapan agenda perbaikan (islah) sebagai tujuan organisasi PUI. Sederhananya, setiap pengurus dan jama’ah PUI harus terlibat dalam ikhtiar-ikhtiar islah di setiap kesempatan. Harus menjadi pelopor dan penggerak agenda-agenda Islah di sektor yang kita tekuni. Kita adalah Ashabul Islah, sekelompok manusia yang bertanggung jawab dan bergerak melakukan Islah di berbagai lini kehidupan di Indonesia tercinta ini.

Bangsa dan Negara ini butuh generasi baru Islam yang mengerti masalah dan harapan Masyarakat, lalu membuat solusi yang paling efisien dan cepat. Bila setiap kader PUI bisa melakukan ini, maka secara akumulatif kita bisa mengatasi banyak masalah sekaligus membangun peradaban ummat. Kita bisa menghadirkan solusi baru yang membuat cita-cita pendiri Bangsa bisa terwujud. Kita bisa menjadikan Indonesia guru bagi alam semesta, yang membawa keamanan dan kemakmuran bagi seluruh ummat manusia. Bukankah ini bagian dari tugas muujadid?

Kita juga perlu merancang agar setiap warga PUI, setiap kader ummat, menjadi lebih mandiri, berkualitas, hingga meraih kesuksesan-kesuksesan sesuai bidang yang ditekuni. Ini agenda penting. Semakin banyak kader ummat yang sukses di sektor apapun, maka semakin banyak solusi besar, ketokohan dan kepemimpinan ummat bisa tampil ke permukaan. Sehingga saatnya ummat ini memimpin, kita punya kekuatan optimal untuk menjaga kepentingan nasional Indonesia terjaga dan terwujud. Itulah tugas Ashabul Islah kita.

Di Tengah dinamika transisi kepemimpinan Nasional yang kian memanas ini, sepantasnya kita merenungkan sejenak akan tugas besar kita sebagai ashabul Islah. 2024 bukan semata tahun pemilu, tapi juga tahun peringatan keruntuhan Turki Utsmaniyah. Sudahkan kita menyiapkan pondasi, batu-batu, pilar-pilar, dan kebutuhan penting lain untuk kebangkitan baru setelah 100 tahun kita nestapa?

Bisakah PUI kita menjadi wasilah lahirnya mujadid baru, setidaknya generasi Islah, yang membuat ummat Islam Kembali tegak, terutama di Bumi Indonesia ini. Agar mimpi ulama-ulama pendiri bangsa bisa terwujud. Dari PUI untuk Kejayaan Indonesia. Wallahu’alam bishawab.

Related Articles

Back to top button