Ketum MUI dan Rais Am PBNU KH Miftahul Akhyar: Peranan PUI Sangat Dibutuhkan dan Semakin Relevan
PUI.OR.ID – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus Rais ‘Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Miftahul Akhyar turut menyambut dan memberikan ucapan selamat kepada Persatuan Ummat Islam (PUI) dalam merayakan Miladnya yang Ke-104 Tahun pada tanggal 21 Desember 2021 ini.
Ia pun menyampaikan pesan kegembiraan dan harapan agar PUI dapat terus memimpin ummat dan membangun bangsa.
“Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Usia 104 tahun adalah sebuah bukti PUI, organisasi Persatuan Ummat Islam, telah mampu melewati abad pertama dengan aman dan sukses, dan memasuki abad kedua sebagai bentuk implementasi dan aplikasinya,” ucapnya.
“Saya Miftahul Akhyar, kebetulan sebagai Ketua Umum MUI mewakili seluruh jajaran Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, sekaligus mewakili PBNU sebagai Rais ‘Am, mengucapkan Selamat Milad ke-104 Persatuan Ummat Islam.”
“Semoga di usia yang ke-104 ini para pemimpin PUI di semua jenjang kepengurusan semakin matang dan mampu terus-menerus menyebarkan nilai-nilai wasathiyah dan peradaban akhlak karimah di tengah masyarakat, dalam rangka mewujudkan tatanan kehidupan bangsa yang berkeadilan, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan tema ‘Memimpin Ummat Membangun Bangsa’.”
“Kehadiran dan peranan ormas Islam seperti PUI yang menjaga, membimbing dan membantu umat Islam, khususnya dalam menghadapi problematika kehidupan yang kompleks, sangat dibutuhkan dan semakin relevan. Kehadiran dan peranan tersebut adalah manifestasi dari fungsi kita semua sebagai Khalifatullah fil Ardh sekaligus makhluk proyeksi akhirat yang diberikan kesempatan fastabiqul khairat dan menebar amal kebajikan selama hidup di dunia ini.”
“Usia dan pengalaman yang panjang tentu telah banyak melahirkan kematangan yang bertawassuth organisasi yang berkecukupan bekal, yang amat penting dalam tata kelola yang lebih besar dalam kemandirian.”
“Semoga Allah SWT menganugerahkan kemudahan, kelancaran dan kesuksesan, dan mempersiapkan generasi idaman, generasi emas, dan menghadapi segala bentuk ujian, cobaan terutama mempersiapkan generasi tangguh dan handal, guna menyongsong era bonus demografi, dan bisa melewati tantangan risalah kehidupan, khususnya menghadapi Covid-19,” tutupnya.
Seperti diketahui, PUI mendapatkan pengesahan pemerintah Hindia Belanda melalui Gouvernements Besluit Nomor 43 tanggal 21 Desember 1917, dahulunya bernama Persjarikatan Oelama (PO). PO kemudian berganti nama menjadi Perikatan Oemmat Islam (POI) dan melakukan fusi dengan Persatuan Oemmat Islam Indonesia (POII) hingga namanya disepakati menjadi PUI seperti sekarang ini.
Sebagaimana Tentara Nasional Indonesia (TNI) – sebelum kemerdakaan namanya Barisan Keamanan Rakyat (BKR) – yang memperingati Hari Lahir TNI setiap tanggal 5 Oktober 1945, yaitu saat pemerintah membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Selanjutnya berganti nama menjadi Tentara Keselamatan Rakyat, lalu menjadi Tentara Republik Indonesia, hingga akhirnya berubah menjadi TNI. Maka Hari Lahir PO pun yang saat itu mendapatkan pengesahan hukum (dokumen tersimpan di Arsip Nasional RI), ditetapkan menjadi Hari Lahir PUI oleh Sidang Majelis Syura. (Gabriel)
- Baca juga: Sejarah PUI