PUI Berharap Kopdes Merah Putih Atasi Persoalan Pengangguran Terdidik

Jakarta — Peluncuran 80.000 Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes Merah Putih) oleh Presiden Prabowo hari ini (21/7) mendapat sambutan positif dari Persatuan Umat Islam (PUI). DPP PUI memandang program tersebut sebagai terobosan besar dalam membangun kembali ekonomi kerakyatan yang berpijak pada kekuatan desa. PUI menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Presiden terpilih Prabowo Subianto, Mentko Pangan Zulkifli Hasan, serta kementerian dan lembaga terkait, atas langkah terobosan bersejarah ini.

Ketua Umum DPP PUI, Raizal Arifin, berharap koperasi desa tidak hanya menjadi sarana administratif atau distribusi modal konsumtif, melainkan pusat produksi dan ruang hidup ekonomi masyarakat. Ia menyebut, tantangan terbesar di desa hari ini bukan hanya kemiskinan, tetapi juga pengangguran terdidik yang tidak tertampung oleh struktur ekonomi lokal yang ada.

“Banyak lulusan perguruan tinggi yang kembali ke desa dalam keadaan menganggur, bukan karena mereka tidak mau bekerja, tetapi karena tidak ada ruang untuk mencipta dan berkarya. Kopdes Merah Putih harus hadir sebagai ruang ekonomi produktif yang membebaskan, membina, dan memberdayakan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (21/7).

Berdasarkan data BPS Februari 2025, jumlah pengangguran lulusan SMA dan perguruan tinggi mencapai sekitar 5,8 juta orang. Sebagian besar berasal dari wilayah-wilayah perdesaan dan pinggiran kota, yang selama ini belum tersentuh secara serius oleh program pengembangan ekonomi berbasis komunitas.

Wakil Ketua Umum DPP PUI, Irfan Ahmad Fauzi, menekankan pentingnya membangun Kopdes Merah Putih bukan dari kertas, tetapi dari denyut komunitas yang sudah hidup. Ia mengingatkan bahwa banyak desa telah memiliki kelompok sosial yang aktif—seperti kelompok tani, pemuda desa, komunitas pelajar, dan lembaga keagamaan—yang dapat menjadi fondasi kokoh bagi lahirnya koperasi yang benar-benar menyatu dengan masyarakat.

“Kalau koperasi dibangun tanpa mendengar suara desa, ia akan kosong. Tapi jika tumbuh dari kebersamaan, dari kerja yang sudah ada, ia akan kuat dan tahan lama. Kopdes harus hadir sebagai perluasan dari kehidupan sosial-ekonomi desa, bukan menggantikannya,” tegas Irfan.

Ia juga menyoroti perlunya pendekatan koperasi yang holistik: tidak hanya berfokus pada simpan pinjam, tetapi sebagai ekosistem inovasi ekonomi lokal, dari pengolahan hasil bumi, pertanian modern, hingga transformasi digital UMKM desa.

PUI mengingatkan bahwa kekuatan koperasi desa tidak hanya terletak pada modal atau bangunan fisik, tetapi pada nilai kebersamaan, kepercayaan, dan keberdayaan. Dalam konteks itu, Kopdes Merah Putih harus mampu menjadi instrumen pembebasan masyarakat desa dari ketergantungan struktural dan membuka jalan menuju kemandirian sejati.

“Kami menyampaikan terima kasih atas keberanian politik dan visi kerakyatan Presiden terpilih Prabowo Subianto, Menko Zulhas, serta kementerian terkait dalam mendorong lahirnya Kopdes Merah Putih. Ini adalah tonggak penting untuk kebangkitan ekonomi rakyat berbasis desa,” ujar Raizal.

Ia menutup dengan pesan bahwa desa bukanlah obyek pembangunan, tetapi subyek sejarah. Jika desa diberi ruang, maka Indonesia akan menemukan kembali akar kekuatan sejatinya.

Exit mobile version