OpiniPendidikan

PUI di Istana Negara

Penulis: Madya Ahdiyat

Anggota dan Pengurus PUI

Persatuan Ummat Islam memenuhi undangan Pak Jokowi dan bertemu langsung di Istana Merdeka. Ada banyak Istana Negara atau Gedung Kepresidenan, Istana Merdeka yang berlokasi di Jakarta Pusat, tepatnya berada di seberang Monas – Monumen Nasional – adalah salah satunya.

Sudah lama saya menunggu pemberitaan tentang PUI dan undangan presiden RI ini. Setelah sebelumnya silih berganti ormas-ormas Islam bertemu dengan Jokowi dan nampaknya sudah menjadi standar prosedur untuk mengundang beliau dalam kegiatan Munas, Muktamar atau Konferensi atau apa pun yang sejenisnya sebelum habis masa jabatannya. Dan akhirnya PUI pun diundang Presiden.

Sebagai balasan, PUI pun mengundang Pak Presiden dalam kegiatan Pra-Munas sekaligus Milad Fusi PUI ke-72 di bulan April nanti. Sedangkan Munas PUI sendiri akan dilaksanakan di bulan Desember 2024 di mana kemungkinan sudah terpilih Presiden yang baru.

Tidak ada agenda politik dalam pertemuan antara pimpinan pusat PUI dengan Presiden Jokowi. Dan yang ada adalah doa dan harapan agar pemilu 2024 berjalan kondusif, aman dan lancar. Persatuan Ummat Islam mendoakan agar Pemilihan Presiden dan Pemilihan Calon Anggota Legislatif/Anggota DPD berjalan damai dan menyejukkan. Silaturahmi ini menegaskan tentang bagaimana ormas bisa berperan dalam konteks pembangunan ummat dan bangsa.

Bahwa PUI adalah ormas yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial dan dakwah. PUI konsisten sebagaimana dulu ikut membidani Negara Republik Indonesia ini, maka sekarang ikut terlibat dalam pembangunan ummat dan bangsa terutama di tiga bidang di atas.

Yang menarik adalah bagaimana para pimpinan PUI mengusulkan salah seorang pendiri PUI dan juga merupakan anggota BPUPK dan telah menerima anugerah Pahlawan Nasional yaitu K.H. Abdul Halim untuk dijadikan sebagai nama Bandara Internasional Kertajati yang berlokasi di Majalengka.

Di Majalengka inilah, K.H. Abdul Halim berjuang dan ikut serta melakukan perlawanan terhadap penjajah dan mendirikan perhimpunan dan ormas, serta pesantren dan koperasi juga menggerakkan masyarakat untuk ikut memperjuangkan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.

Ratusan sekolah dan pesantren, serta ribuan santri, kyai dan pejabat yang dilahirkan, juga gedung bersejarah Bapermin termasuk Alun-alun, Masjid Agung dan Kantor Bupati Majalengka merupakan peninggalan sejarah K.H. Abdul Halim dan PUI nantinya.

Sehingga Majalengka dan Sukabumi menjadi dua kota yang memiliki jumlah anggota dan simpatisan PUI terbanyak sekaligus sebagai tempat lahirnya dua ormas Islam besar yang melakukan Fusi pada tahun 1952, setelah masing-masing berdiri jauh sebelum Indonesia merdeka.

Maka sangat layak dan pantas jika bandara internasional Kertajati yang berada di Kabupaten Majalengka disandingkan dan diberikan nama sebagaimana nama tokoh pahlawan nasional asal Majalengka, K.H. Abdul Halim.

Paling tidak tiga agenda di atas yang “tercapture” dalam statemen Ketua Umum PP PUI, K.H. Nurhasan Zaidi sesaat setelah meninggalkan Istana Merdeka. Peran dan kiprah Persatuan Ummat Islam dalam membangun ummat dan bangsa akan terus ditunggu dan dinanti. Semoga 106 Tahun Usia PUI dan 72 Tahun Usia Fusi PUI membawa PUI menuju cita-cita Ishlahkan Indonesia di Abad yang Kedua. (CB)

Related Articles

Back to top button