PUI menghadiri Simposium Internasional merayakan 75 tahun berjalannya Hubungan Diplomatik antara Indonesia-Tiongkok

JAKARTA― Rabu, 26 November 2025 bertempat di Badan Riset & Inovasi  Nasional(BRIN) di Kawasan Widya Chandra Jakarta Pusat,   digelar Simposium Internasional dalam rangka mengukuhkaan berjalannya hubungan diplomasi antara Republik Indoneisa dengan Republik Rakyat Tiongkok yang digelar oleh China-Indonesia think-Tank Forum 2025, diinisiai oleh Badan Riset dan Inovasi  Nasional (BRIN) bersama  mitra risetnya dari Tiongkok; China Academy of Social Sciences (CASS), yang merupakan bagian dari lembaga riset berpengaruh di Tiongkok dan tempat merumuskan sejumlah strategi nasional Tiongkok, yakni National Institute of International Strategy (NIIS). Sejumlah kajian dan doktrin kebijakan politik luar negeri Tiongkok, khususnya di era Presiden sekaligus Kamerad Besar Xi Jinping diruuskan secara intes oleh Lembaga terhormay dan berpengaruh tersebut di Mainland Tiongkok.

Pada “International Symposium Celebrting the 75th Anniversary of The Establishment of Diplomatic Relations between China and Indonesia” di Jakarta kemarin,  DPP PUI diawkili oleh Bidang Hubungan Luar Negeri & Kajian Kebangsaan, dalam hal ini Wakil Ketua Bidang  HLN departemen Diplomasi Publik, Sofyardi Rahmat, dan Wakil Ketua Bidang HLN Deptemen Kajian Kebangsaan  sekaligus ketua harian Pokja Keamanan, Okta US.

Inisiatif BRIN dan CASS menginisiasi forum yang berisi sejumlah Lembaga pemikir (Think-Tank) ini patut diapresiasi, karena lahir sejumlah inisiatif yakni pendirian semacam Pusat Kajian Indonesia-Tiongkok di level nasional yang akan berdiri di area riset BRIN dengan, Center of International Studies BRIN sebagai stakeholder utamanya. Meskipun sebetulmya, semacam pusat kajian tiongkok di kampus-kampus di Indonesia sudah lebih dahulu berdiri dengan tidak kurang ada sekitar 12 pusat kajjian di level riset universitas yang tersebar di berbagai kampus di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.

Pemahaman terkait relasi Indonesia-Tiongkook bukan saja sekedar jejak romantisme  ratusan tahun yang lalu, dimana jalur sutera maritim pernah menjadi salah satu motor perdaganagn global di era kuno, tetapi juga tentang bagaimana kita memandang kini dan masa depan. Indonesia, diakui oleh para peneliti China sebagai salah satu “Middle Power” yang punya peran penting di era konvergensi dan juga Shifting alias pertukaran tempat posisi antar Major Power untuk berebut menjadi Super Power baru pasca perang dingin.

Indonesia, termasuk salah satu negara Pantai yang disebut-sebut oleh para peneliti China memiliki prospek, bukan saja terkait isue perubahan iklim dan juga arus investasi baru pasca wall-street, tetapi banyak dimensi, mulai dari keamanan non-tradisional yang menjadi tantangan baru abad XXI dan juga terkait pendekatan baru actor keamanan, dimana keamanan insani mulai menjadi poros utama dan determinasi dari makna keamanan yang lebih luas, serta menggeser mahzab keamanan negara yang kaku dan mulai ditinggalkan oleh para ahli keamanan dalam rangka menciptkana perdamaian dunia yang lebih luas.

Pada Simposium di Jakarta ini, secara khusus Bidang Hubungan Luar Negeri & Kajian  Kebangsaan (HLN) DPP PUI bertemu dengan  Prof. Li Lin, Direktur dari Islamic Research, Institute of World Religion, CASS. Beliau merupakan ahli dan peneliti sosiologi Masyarakat Muslim dan secara khusus pernah melakukan riset terkait dakwah Walisongo di tanah Jawa. Prof Li juga meruapakan salah satu adviser yang memberikan saran dan dukungan kajian terkait Blue Print Kereta Cepat, serta terjun di lapangan ketika pada awal-awal ground breking dari proyek KCIC di Indonesia. Secara khusus Prof Li mengundang PUI kedepan untuk dapat hadir di Beijing dan beranjangsana ke beberapa pusat riset di Tiongkok  sehingga kiranya dapat terjadi semacam lompatan pengetahuan yan dapat dinikmati bukan saja oleh CASS dan PUI, akan tetapi juga bagi Masyarakat Tiongkok dan Indonesia pada umumnya.

Terakhir, Bidang HLN juga sempat berdiskusi cukup intens dengan tuan rumah BRIN, khususnya dengan DR. Muhammad Haripin, salah satu ahli terkait sektor keamanan yang fokus melakukan riset terkait reformasi Intelijen Negara. Dr Haripin saat ini adalah Direktur dari Pusat Kajian Internasional (CIS), salah satu dari satuan kerja utama didalam  BRIN, dan sedang mengupayakan untuk BRIN dan PUI kedepan dapat berdiskusi lebih lanjut dan bekerjasama terkait riset di masa depan, khususnya bagaimana kedepan nanti PUI dapat menginisasi Laboratorium Islah 1917 (Islah Labs) demi melakukan riset-riset yang lebih konstruktif, khususnya bagi Ummat Islam Indonesia. []

Exit mobile version