DPP PUI Gelar Diskusi Keummatan Menyambut Muktamar Ke-15 di Hari Santri Nasional, Bertema Format Dakwah di Era Disrupsi dan Transisi Demokrasi

PUI.OR.ID, Jakarta – Dewan Pengurus Pusat Persatuan Ummat Islam (DPP PUI) menggelar Diskusi Keummatan bertema “Format Dakwah di Era Disrupsi & Transisi Demokrasi” di Aula Utama Gedung Pimpinan Pusat PUI, Jakarta. Acara ini dihadiri 50 orang peserta dan berlangsung secara hybrid, baik offline maupun online, Selasa, 22 Oktober 2024.
Diskusi ini dibuka oleh Wakil Ketua Umum PP Pemuda PUI, Ahmad Gabriel, yang bertindak sebagai MC. Sementara itu, Ust. H. Raizal Arifin, M.Sos, Sekretaris Jenderal DPP PUI, memoderatori acara tersebut.
Dalam sambutannya, Raizal Arifin menyatakan bahwa diskusi ini diadakan untuk memberikan kontribusi pemikiran kepada pemerintahan baru yang sedang bertransisi di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo yang baru dilantik dan sebagai bagian dari peringatan Hari Santri Nasional 2024 serta Muktamar PUI Ke-15.
KH Nurhasan Zaidi, Ketua Umum DPP PUI, menjadi narasumber pertama. Beliau menekankan bahwa dalam era disrupsi—di mana perubahan dan inovasi terjadi secara cepat dan besar-besaran—dakwah harus mampu menyesuaikan diri. Menurutnya, Al-Qur’an banyak memberikan pelajaran melalui kisah-kisah para nabi yang dapat dijadikan teladan. Beliau juga menekankan pentingnya dakwah secara kolektif, sebagaimana Rasulullah SAW juga mengajak pasukan dakwah untuk membebaskan negeri-negeri dari kejahiliyahan.
KH Nurhasan Zaidi juga mengingatkan pentingnya kesabaran dalam berdakwah, sebagaimana Nabi Nuh yang terus berdakwah selama sembilan abad. Dalam era disrupsi dan demokrasi liberal, ia menekankan bahwa dakwah harus tetap fokus pada penegakan tauhid dan keadilan, sebagaimana yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila.
“Diskusi Keummatan ini juga digelar untuk menyambut perhelatan Muktamar Ke-15 PUI yang akan diselenggarakan pada Februari 2025 nanti. Jadi narasumber yang kita undang akan berbagi, sharing pengalamannya yang panjang dalam berdakwah, apalagi saat ini teknologi meningkat cepat di era disrupsi” ujar KH Nurhasan.
KH Wahfiudin Sakam, Ketua Jatman DKI Jakarta, sebagai narasumber kedua, mengawali presentasinya dengan mengulas geopolitik Islam pada masa awal dakwah Rasulullah SAW. Beliau menekankan pentingnya strategi dalam berdakwah, baik dalam hal membangun aliansi maupun perdagangan.
Dakwah, menurutnya, tidak hanya untuk kepentingan individual, tetapi juga untuk membebaskan manusia dari masalah sosial, dengan menekankan pentingnya kesejahteraan (prosperity) dan keamanan (sovereignty).
KH Wahfiudin juga mengkritisi tantangan domestik yang dihadapi Indonesia dalam bidang dakwah, seperti tingginya angka stunting, rendahnya IQ, serta ketidakseimbangan urbanisasi. Beliau juga menyoroti pentingnya mengembangkan pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) di lembaga-lembaga pendidikan PUI agar generasi muda mampu menghadapi tantangan masa depan.
“Konsep Islah al-Tsamaniyah yang dimiliki PUI merupakan landasan yang sangat kuat dalam upaya perbaikan umat. Namun, tantangan utama saat ini adalah bagaimana konsep normatif ini dapat diaktualisasikan menjadi solusi nyata. Dakwah yang selama ini bersifat normatif harus bertransformasi menjadi lebih strategis dan aplikatif, melalui pendekatan engineering,” ujar KH Wahfiudin.
“Artinya, kita perlu merumuskan langkah-langkah konkret yang dapat menjawab masalah-masalah sosial dan kemanusiaan secara terukur. Dengan mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memahami kebutuhan masyarakat, dakwah tidak hanya menyentuh aspek spiritual, tetapi juga memberikan solusi praktis yang dapat memperbaiki kualitas hidup umat secara menyeluruh,” tutupnya.
Diskusi ini semakin menarik dengan interaksi para peserta yang di antaranya adalah KH. Ahmadie Thaha (Anggota Majelis Syura PUI), Dr. Kana Kurniawan (Mantan Ketua Umum PP Pemuda PUI), KH. Nazar Haris (Presidium MOI), Ustadzah Ika Maya Muftiany (Ketua PW Wanita PUI DKI Jakarta), serta Ust. Faisal Parouq (Sekretaris Badan Aset dan Wakaf PUI).
Turut hadir dalam acara ini sejumlah tokoh penting lainnya, seperti Falahuddin Assofari (Ketua Umum PP Pemuda PUI), Rita Juniarty (Ketua PP Wanita PUI), Ust. Oskar Vitriano (Ketua Umum DPW PUI DKI Jakarta), Arief Susanto (Ketua Lazis PUI Pusat), Taufik Ibrahim (Ketua Pinsakonas PUI) dan Irfan Ahmad Fauzi serta Mohan (Wasekjen DPP PUI). Diskusi juga dihadiri oleh para aktivis dakwah dan guru-guru PUI yang turut meramaikan acara ini.
Diskusi ditutup dengan harapan besar bahwa PUI mampu menyesuaikan dakwahnya dengan perkembangan zaman, terutama dalam menghadapi era disrupsi dan tantangan transisi demokrasi, dengan tetap berpegang pada nilai-nilai tauhid dan kearifan Pancasila. (AG)