DakwahWanita PUI

Melindungi Anak Menuju Indonesia Emas 2045: Hentikan Kekerasan Sekarang!

Penulis:
Usth. Hj. Herliani, M.Ag. 
(Ketua Umum DPP Wanita PUI)

Setiap tanggal 23 Juli, Indonesia memperingati Hari Anak Nasional (HAN). Momen penting ini didedikasikan untuk mengakui betapa vitalnya peran anak-anak dalam kemajuan bangsa. Tahun ini adalah HAN ke-41 yang menandakan lebih dari empat dekade komitmen terhadap kesejahteraan dan pengembangan generasi muda Indonesia.

Pemerintah mencanangkan tema Hari Anak Nasional kali ini, “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045.”  Tema ini merupakan seruan kuat untuk menumbuhkan generasi penerus yang tidak hanya berbakat dan cakap, tetapi juga sehat, tangguh, dan terlindungi dengan baik. Sayangnya, masih banyak anak yang belum menikmati rasa aman dan perlindungan yang layak.

Perlindungan anak dari kekerasan adalah fondasi utama bagi terwujudnya Indonesia Emas 2045. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai kasih sayang dan pendidikan yang diajarkan dalam Al-Qur’an. Kekerasan, baik fisik maupun psikis, dapat menghambat tumbuh kembang anak dan bahkan meruntuhkan potensi generasi muda.

Ajaran Al-Qur’an dan Sunah: Landasan Kasih Sayang dan Perlindungan

Al-Qur’an sangat menekankan pentingnya berbuat baik, keadilan, dan larangan berbuat aniaya. Allah berfirman:

…” وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا”

Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS an-Nisa: 29)

مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اَنَّهُٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًاۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَآ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا ۗوَلَقَدْ جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَرْضِ لَمُسْرِفُوْنَ

“Oleh karena itu, Kami menetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa siapa yang membunuh seseorang bukan karena (orang yang dibunuh itu) telah membunuh orang lain atau karena telah berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Sebaliknya, siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, dia seakan-akan telah memelihara kehidupan semua manusia. Sungguh, rasul-rasul Kami benar-benar telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Kemudian, sesungguhnya banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.” (QS al-Maidah: 32)

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.” (QS an-Nahl: 125)

Ayat-ayat ini menegaskan pentingnya mendidik dengan kebijaksanaan (hikmah) dan nasihat yang baik (mau’izhah hasanah), karena pendidikan bukan hanya soal kognitif, tetapi juga emosional dan spiritual.

Rasulullah SAW adalah teladan dalam berinteraksi dengan anak-anak Beliau menunjukkan kasih sayang, kesabaran, dan jauh dari kekerasan terhadap mereka. Beliau pernah bersabda, “Barangsiapa tidak mengasihi maka ia tidak akan dikasihi.” (HR. Bukhari no. 5997). Bahkan diriwayatkan dari Abu Qatadah, Nabi SAW pernah shalat sambil menggendong cucunya, Beliau menurunkannya ketika rukuk dan mengangkatnya kembali saat bangkit dari rukuk. Ini menunjukkan betapa luwes dan penuh kasih sayangnya beliau terhadap anak-anak.

Wal mahabbatu syi’aruna (cinta adalah syiar kami) dari doktrin Intisab dan Ishlahul’Ailah (perbaikan keluarga) dari Ishlahuts Tsamaniyah (8 perbaikan) adalah landasan kuat khususnya warga PUI untuk turut berperan dalam menciptakan di mana pun suasana ramah anak dan anti kekerasan.

Peran Krusial Keluarga dan Masyarakat

Keluarga atau ibu sering disebut sebagai madrasah pertama. Pertanyaannya, sudahkah mereka menumpahkan kasih sayang sebagaimana yang Rasulullah saw ajarkan? Sudahkan memberikan contoh yang baik bagi anak-anak? Orang tua sebagai individu terdekat dengan anak, memiliki peran krusial dalam mendidik anak. Mereka harus menjadi pertama  dalam menciptakan lingkungan rumah yang aman, penuh kasih sayang, dan komunikasi yang sehat.

Selain itu, ada pula tanggung jawab kolektif masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang suportif serta menjadi “mata dan telinga” bagi anak-anak yang membutuhkan. Adapun pemerintah berperan penting dalam menegakkan hukum, menyediakan layanan perlindungan, dan menggalakkan edukasi anti-kekerasan.

Menghentikan Kekerasan: Tanggung Jawab Bersama

Kekerasan harus dihentikan! Ini dimulai dari menanamkan nilai-nilai kasih sayang, empati, dan anti-kekerasan sejak dini, baik di rumah maupun di lembaga pendidikan. Penting juga untuk melakukan kampanye kesadaran, pelatihan bagi orang tua dan pendidik, serta sosialisasi tentang hak-hak anak. Optimalisasi peran lembaga dan tokoh agama juga diperlukan agar mereka menjadi garda terdepan dalam menyebarkan ajaran anti-kekerasan dan pendidikan berbasis kasih sayang.

Perlindungan anak dari kekerasan bukan hanya tugas individu, melainkan tanggung jawab kolektif yang berlandaskan pada ajaran agama dan visi kebangsaan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya orang tua, kerabat, pendidik, dan siapa pun, di level mana pun, bersama-sama menghentikan kekerasan demi melahirkan generasi emas yang tangguh, berakhlak mulia, dan siap memimpin Indonesia menuju kejayaan 2045.

Related Articles

Back to top button