Mengungkap Keteladanan KH. Sunjaya Wijaya Negara dan KH. Abdul Azis Halim: Diskusi Sejarah PUI Hidupkan Gairah Baru Literasi Perjuangan Umat
Orang-Orang Hebat di Sekitar KH. Abdul Halim, Ajengan KH. Ahmad Sanusi, dan Mr. R. Syamsuddin

BANDUNG — Suasana hangat dan penuh makna mewarnai Diskusi Sejarah PUI yang telah sukses diselenggarakan pada Ahad, 27 Juli 2025 di Yayasan Griya Cahaya Rahman, Jl. Pelajar Pejuang No. 31 Bandung (Hotel Narapati). Mengusung tema “Orang-Orang Hebat di Sekitar KH. Abdul Halim, Ajengan KH. Ahmad Sanusi, dan Mr. R. Syamsuddin”, kegiatan ini secara khusus mengangkat dua sosok penting yang menjadi bagian dari sejarah besar Persatuan Ummat Islam (PUI), yakni KH. Sunjaya Wijaya Negara dan KH. Abdul Azis Halim.
Keduanya bukan sekadar pendamping perjuangan para pendiri utama PUI, tetapi juga telah menorehkan kiprah strategis dalam organisasi maupun ranah kebangsaan. KH. Sunjaya Wijaya Negara tercatat pernah menjabat sebagai Bendahara Umum PB. PUI, sedangkan KH. Abdul Azis Halim adalah mantan Ketua Umum PB. PUI, sekaligus Bupati Kabupaten Majalengka dan Anggota DPR RI pada masanya.
Membangun Kesadaran Sejarah yang Inklusif
Diskusi ini menghadirkan suasana reflektif dan penuh semangat, diikuti oleh para tokoh nasional, akademisi, ulama, serta keluarga besar dari tokoh-tokoh yang diangkat. Para peserta diajak untuk menelusuri kembali kontribusi tokoh-tokoh hebat yang selama ini luput dari narasi besar sejarah Indonesia, namun memiliki peran vital dalam membangun jaringan dakwah, pendidikan, dan gerakan sosial-politik umat.
Dalam sambutannya, Ketua Umum DPP PUI, H. Raizal Arifin, M.Sos., menyatakan bahwa mengenang para tokoh seperti KH. Sunjaya dan KH. Azis Halim adalah bagian dari upaya merawat warisan nilai perjuangan.
“Kita ingin anak-anak muda dan generasi PUI yang akan datang mengenal bukan hanya para pendiri besar, tetapi juga tokoh-tokoh pendamping yang punya integritas, keikhlasan, dan kecintaan luar biasa terhadap umat dan bangsa. Mereka adalah teladan dalam diam dan kerja nyata,” ungkap Raizal.

Sementara itu, Ketua Majelis Syura PUI, KH. Nurhasan Zaidi, menyampaikan bahwa penguatan narasi sejarah dari sisi yang sering terabaikan adalah bentuk keadilan sejarah yang perlu terus diperjuangkan.
“Sejarah yang jujur harus memuat seluruh elemen perjuangan. Para pendamping pendiri, seperti KH. Sunjaya dan KH. Azis Halim, memiliki kontribusi besar yang wajib kita dokumentasikan dan wariskan,” tegasnya.
Kisah-Kisah Inspiratif dan Refleksi Mendalam
Para narasumber yang hadir dalam diskusi ini antara lain:
- Dra. Hj. Tatie Sunjaya, M.Si. (mewakili keluarga KH. Sunjaya Wijaya Negara)
- H. Ido Nurzaini Halim, SE., M.M., Dra. Hj. Neni Nuraeni Halim, M.Si., dan H. Tatang (mewakili keluarga KH. Abdul Azis Halim)
- KH. Nurhasan Zaidi (mewakili Keluarga KH. Zainudin Kori)
Melalui cerita dan catatan sejarah yang disampaikan para keluarga, peserta diskusi diajak menyelami sisi personal, nilai-nilai moral, dan strategi perjuangan para tokoh tersebut. Sesi reflektif juga menegaskan pentingnya menjadikan keteladanan mereka sebagai fondasi pendidikan karakter dan gerakan umat hari ini.
Rekomendasi Kegiatan: Dari Diskusi ke Aksi Literasi
Forum ini menghasilkan sejumlah poin rekomendasi penting, antara lain:
- Penerbitan buku sejarah/ biografi tokoh-tokoh pendamping pendiri PUI.
- Pendorongan riset sejarah dan pengarsipan dokumentasi perjuangan tokoh-tokoh PUI.
- Integrasi nilai perjuangan dalam kurikulum kaderisasi dan pendidikan PUI.
- Pembentukan tim sejarah lintas generasi untuk menyusun narasi sejarah umat yang lebih adil dan komprehensif.
Diskusi ini juga dihadiri para tokoh terkemuka seperti KH. Dr. Ahmad Heryawan, M.Si., KH. Nazar Haris, MBA, Prof. Dr. KH. Endang Soetari Ad, M.Si., Prof. Dr. H. Wawan Hernawan, M.Ag, Prof. Dr. Jaja Jahari, KH. Iding Bahrudin, dan jajaran pimpinan organisasi otonom PUI, termasuk Pemuda PUI, Wanita PUI, HIMA PUI, dan Shofia Cahaya Bangsa.

Menyalakan Semangat Meneladani
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa sejarah bukan sekadar catatan masa lalu, tetapi fondasi nilai untuk masa depan. Dengan menggali kontribusi KH. Sunjaya Wijaya Negara dan KH. Abdul Azis Halim, diskusi ini telah memperluas cakrawala generasi PUI tentang pentingnya mengenal akar sejarah sendiri.
“Kita tidak sedang membuka lembaran lama, tetapi sedang menyulam ulang kain sejarah umat dengan benang-benang kejujuran, penghargaan, dan keteladanan,” ujar salah satu peserta dengan semangat.
Semoga kegiatan ini menjadi pemantik bagi gerakan literasi sejarah yang kuat, adil, dan membangkitkan semangat generasi penerus PUI untuk terus berkarya bagi umat dan bangsa.



