Penulis: Raizal Arifin
Sekjend DPP PUI
Islam itu mudah. Sepertinya ini kontras dengan banyaknya ritual harian, mingguan, bulanan hingga tahunan dalam agama Islam dibandingkan yang ada di agama lain. Agama lain ada yang ibadahnya cukup sepekan sekali, sementara Islam mewajibkan sholat lima kali sehari. Lantas mengapa Islam jadi agama yang mudah dan memudahkan?
Janji bahwa Islam itu adalah agama yang mudah dan tidak memberatkan langsung disampaikan Allah SWT dalam Al-Qur’an: “Allah menghendaki kalian kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan,” (Q.S. al-Baqarah [2] : 185). Artinya Allah SWT telah mendesain takaran tugas ibadah dan ritual bahkan muamalah dalam Islam itu sesuatu yang mudah, bukan hal yang diluar nalar dan kemampuan manusia.
“Sesungguhnya agama itu mudah. Dan selamanya agama tidak akan memberatkan seseorang melainkan memudahkannya. Karena itu, luruskanlah, dekatilah, dan berilah kabar gembira! Minta tolonglah kalian di waktu pagi-pagi sekali, siang hari di kala waktu istirahat dan di awal malam,” (HR. al-Bukhari [39] dan Muslim [2816]).
Benar bahwa Allah SWT memberikan keringanan dalam ibadah. Sholat misalnya, bila kita tak mampu berdiri maka diperbolehkan duduk bahkan bila dalam kondisi tertentu boleh hanya sekedar gerakan isyarat saja. Demikian pula dalam perjalanan ada berbagai kemudahan. Di seluruh aspek ibadah tersedia ruksoh atau keringan bila kita ada uzur syar’i (kendala).
Kemudahan juga Allah SWT berikan saat kita bersemangat melakukan suatu ibadah dan kebaikan. Misalnya kita semangat berpuasa, maka Allah SWT akan meringankan usaha kita menahan lapar dan haus seharian. Bahkan ada bonus yang membuat kita juga lebih mudah melakukan ibadah-ibadah lainnya. Semacam ada efek bola salju, saat kita bersemangat Istiqomah menjalankan satu ibadah maka ibadah-ibadah lain akan lebih mudah dijalankan. Baik kemudahan waktu, tempat, fasilitas dan lain sebagainya.
Memang kemudahan itu berbanding lurus dengan besarnya semangat dan cinta kita. Semakin besar semangat dan cinta kita, maka apapun jadi terasa mudah. Minimal kita jadi punya daya tahan lebih untuk menahan ketidaknyamanan mencapainya. Ibarat pendaki gunung, semangat dan kecintaan lah yang membuat mereka sanggup menapaki jalan panjang, menanjak bahkan terjal untuk mencapai puncak impian. Ini yang membuat orang tua kita rela memeras keringat banting tulang demi kecintaan pada anaknya. Semua jadi mudah dan menyenangkan.
Sayangnya dalam benak banyak ummat Islam, Islam itu memberatkan juga menyusahkan mereka. Mungkin ini disebabkan ada sebagian pendakwah yang hanya menyampaikan tugas dan beban-beban ibadah, tanpa memupuk cinta dan menjabarkan saran keringanan yang ada. Cerita neraka lebih banyak disampaikan dari nikmatnya surga. Lebih banyak membangun rasa takut dari cinta dan hal-hal yang menyenangkan.
Sebagai ormas Islam, PUI (Persatuan Ummat Islam) harus menjadi ekosistem & sarana pendukung agar ummat Islam menjadi semakin mudah dalam berislam dan menjalankan kehidupan. Inilah mengapa PUI mendirikan masjid, membuat sekolah, membangun kampung, mengembangkan ekonomi dan kesejahteraan, hingga advokasi dan politik: dalam rangka membuat ummat Islam lebih mudah dalam beribadah dan berkehidupan.
Ini juga alasan tokoh Pendiri PUI berjuang secara fisik, diplomatik, juga bermusyawarah dalam BPUPKI karena ingin ummat Islam lebih mudah menjalankan ibadah dan merdeka dari Penjajahan sehingga hidupnya lebih makmur sejahtera. Kecintaan pada ummat membuat tetesan keringat dan darah ulama juga santri PUI ikhlas dicurahkan. Semangat besar yang harus dipupuk oleh generasi penerus PUI hingga kapanpun.
Semoga pendirian Lembaga Dakwah PUI yang akan dilaunching pada 18 Maret 2023 esok akan menjadi jalan bagi pada ulama & da’i PUI untuk terus membantu dan memudahkan ummat mendapatkan hidayah, kecintaannya dan keringanan langkah untuk beribadah pada Allah SWT. Semakin besar kemudahan dan kebermanfaatan (impact) yang diberikan Lembaga Dakwah PUI, maka akan membuat PUI semakin besar dan meraih kejayaan di masa depan. Inilah yang dicita-citakan pendiri PUI yang juga menjadi bagian dari Pendiri Bangsa & Negara Indonesia yang kita cintai ini.