PUI Jabar Ajak Muhammadiyah dan Ormas Lain untuk Kolaborasi dalam Gerakan Dakwah dan Kemanusiaan Universal
PUI.OR.ID, BANDUNG – Bertempat di aula masjid Mujahidin, jalan Sancang Bandung, Kamis (9/05) berlangsung agenda kegiatan silaturahim keluarga besar Muhammadiyah PWM Jawa Barat. Yang menarik dalam acara tersebut adalah diundangnya para pimpinan ormas Islam Jawa Barat, wabil khusus Ketua Umum DPW PUI Jawa Barat, KH Iman Budiman untuk hadir dan turut memberikan sambutan dalam acara tersebut, mengingat tema yang diangkat yaitu ‘Menguatkan Kolaborasi Gerakan Dakwah dan Kemanusiaan Universal’.
Ketua PP Paguyuban Pasundan, Prof HM Didi Turmudi turut hadir dan menyampaikan bahwa pahlawan nasional Otto Iskandar Dinata dan Ir H. Juanda sebagai pendiri Paguyuban Pasundan adalah guru-guru Muhammadiyah. Selain itu, Prof Didi pernah mengeyam pendidikan di sekolah PUI di Majalengka saat remaja dulu, sehingga ditegaskan bahwa Sunda adalah Islam. Apalagi misi dari Paguyuban Pasundan adalah menjaga dan memelihara syiar Islam, serta meminimalisir kebodohan dan kemiskinan di kalangan masyarakat.
Menurutnya, telah terjadi paradoksal umat beragama, di awal reformasi 5 kepala daerah di Jabar yang tertangkap KPK, sekarang 80% kepala daerah Jabar tertangkap korupsi.
Selain itu penelitian Monash university mutakhir menjelaskan tentang umat Islam di Indonesia, hanya 30% umat Islam Indonesia yang melaksanakan sholat dengan rajin, dan hanya 15% yg bisa baca al-Quran. Selain itu di Garut ada satu desa yang berbondong-bondong warganya murtad, ini menjadi PR besar dakwah Islam. Selain masalah narkoba di Jabar yang masih sulit diberantas, juga kekhawatiran terhadap generasi muda yang kurang terbina akhlaknya akibat bahaya gadget yang menyerang generasi penerus.
Adapun Ketua Umum PUI lman Budiman menyampaikan bahwa tema kolaborasi ini adalah sesuatu yg sangat dibutuhkan oleh masyarakat di Indonesia saat ini, setelah gonjang ganjing pemilu serta menyongsong pilkada, potensi perpecahan umat sangat besar.
Ia menyampaikan, panduan Allah Swt di Surat al-Hujurat ayat 13, sangatlah penting kita renungkan, Perbedaan manusia yang tidak hanya bersuku, berbangsa dan berwarna kulit, tapi secara internal umat Islam, banyak perbedaan dalam hal berdakwah, banyak organisasi masyarakat Islam yang ada seyogyanya menambah kekuatan dakwah Islam untuk memajukan bangsa.
PUI mengajak, mendorong dan mendukung ormas Muhammadiyah untuk memimpin gerbong kolaborasi dan sinergi ormas Islam dalam gerakan dakwah dan kemanusiaan universal.
Selanjutnya Ketua PW Muhammadiyah selaku tuan rumah, Prof Ahmad Dahlan menjelaskan bahwa sesuai visi pengurus PWM Jabar periode ini, Muhammadiyah mengawali dengan ajakan kolaborasi gerakan dakwah di Indonesia.
Musuh umat itu adalah kebodohan, kemiskinan, dan ancaman kerusakan aqidah dan akhlak. Sebagaimana sifat Allah yang Maha Rahman, untuk menyebarkan kasih sayang kepada seluruh manusia. Muhammadiyah mencoba berbuat baik ke seluruh umat, tidak hanya orang Islam saja, tapi seluruh umat manusia.
Muhammadiyah mengajak ormas-ormas Islam, dimulai di Jabar untuk menebarkan kemanusiaan universal yang saat ini menjadi ancaman besar perpecahan bangsa.
Apabila kita bertemu dalam perbedaan yg dilatari oleh paham agama, ujilah paham itu dengan term teologi. Jika ada perbedaan yang sifatnya furu’, disepakati perbedaan tersebut tidak menyebabkan masuk neraka. Musuh bersama kita adalah jika kita tidak bisa membangun empati. Tidak hanya untuk kita, tapi juga utk orang lain.
Di akhir penutup, tausyiah dari Ketua PP Muhammadiyah, Prof Dadang Kahmad yang menyampaikan bahwa ada 62 ormas Islam yang terdata di MUI Pusat. Sehingga sangat perlu bersilaturahmi, berkolaborasi, karena perbedaan adalah sunatullah. Allah taksirkan adanya perbedaan sebagai ujian bagi umat dalam berlomba-lomba dalam kebaikan. Perbedaan tidak perlu diributkan, nanti saja kita lihat di akhirat.
Ia melanjutkan, tantangan kedepan bukan karena perbedaan, tapi karena perkembangan teknologi sehingga mengubah budaya yang ada, yang menimbulkan nilai individualistis yg tinggi, masuknya budaya asing yg merusak meninggalkan budaya silaturahim dan budaya baik lainnya yang selama ini kita dakwahkan. Dan paling mengkhawatirkan adalah keberagamaan kita yang hampa, ilmu yang tinggi dan pemahaman agama yang luas tidak mengakar.