Amanat Ketua Umum DPP PUI KH Nurhasan Zaidi pada Peringatan Milad PUI Ke-107
MEMBANGUN KEMANDIRIAN, MEMAJUKAN INDONESIA
AMANAT KETUA UMUM DPP PUI KH. NURHASAN ZAIDI
PADA MILAD PUI KE-107 TAHUN 2024
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ، وَالصَّلَاةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَ الْمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ
Milad Persatuan Ummat Islam (PUI) ke-107 kali ini diperingati dalam rangkaian Muktamar PUI ke-15, 17-20 Februari 2025 di Kota Medan, Sumatera Utara. Oleh karenanya, Agenda Milad PUI dan Muktamar mengusung tema yang sama, yaitu “Membangun Kemandirian, Memajukan Indonesia”.
Ada dinamika dakwah penuh hikmah dalam perjalanan sejarah panjang PUI. Jika di abad ke-1 PUI mengalami dinamika pasang surut, maka pada awal abad ke-2 PUI, menjadi momentum bangkitnya kembali ruh PUI, laksana anak panah yang siap melesat dari busurnya. Melesatkan PUI dengan seluruh agenda-agenda terbaiknya untuk kemajuan Islam dan NKRI.
Kami menaruh keyakinan yang sangat tinggi kepada seluruh kader-kader PUI, sebagai kader-kader Islam yang selalu siap melanjutkan perjuangan untuk melakukan lompatan kemajuan yang terukur. Tantangan zaman saat ini menuntut untuk bisa cepat beradaptasi, menjawab sesuai kebutuhan dan bahasa zamannya.
Goresan tinta emas para pendahulu PUI, spirit dan keberlanjutannya, harus kita jaga. Sejarah peradaban baru ke depan menanti amal-amal produktif, inovatif dan atraktif kita. Kader-kader PUI yang berintisab adalah seorang pembelajar cepat. Peluang-peluang kemajuan untuk bangkit dan maju lebih banyak daripada masalah yang kita hadapi. Bukankah Allah SWT telah menjanjikan pertolongan dan kemenangan kepada orang-orang beriman yang menolong agama-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-‘Ankabut [29] ayat 69:
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ
“Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Mengusung Tema “Membangun Kemandirian, Memajukan Indonesia”, PUI sebagai ormas yang mandiri, harus semakin terbiasa beramal dengan tanpa bergantung pada pihak lain, bertanggung jawab, dan memiliki daya kreatifitas yang tinggi. Organisasi harus ditumbuhkan sebagai organisasi pembelajar cepat. Kreatifitas dan inovatif hanya akan terlahir dari mereka yang tidak pernah berhenti belajar. Sementara memajukan Indonesia berarti PUI harus memiliki peran penting dan strategis untuk turut berkontribusi dalam kemajuan negeri tercinta ini. Semangat ini harus selalu dikobarkan dan dijaga konsistensinya. Apalagi menghadapi tantangan yang semakin berat menghadapi era disrupsi global saat ini yang penuh dengan ketidakpastian dan tidak mudah untuk diprediksi.
Mandiri dan maju seperti dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Tidak ada kemajuan tanpa kemandirian atau kemajuan tidak akan tercapai tanpa kemandirian. PUI sebagai ormas sudah teruji. Jauh sebelum kemerdekaan pada saat sulit, PUI sudah tampil menerangi kebodohan dan menghadapi para penjajah. Tepatnya pada 21 Desember 1917, PUI berdiri yang kemudian melahirkan ribuan lembaga pendidikan, sosial, dan dakwah. PUI berkontribusi dalam mencerdaskan bangsa melalui lembaga-lembaga tersebut dan turut berjuang untuk berlepas dari kebodohan dan penjajahan dan kolonialisme barat.
Tiga pendiri PUI, K.H. Abdul Halim, Ajengan Ahmad Sanusi, dan Mr. R. Syamsuddin adalah juga pendiri Republik kita tercinta, dan juga anggota Badan Penyidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Bahkan Ajengan Sanusi beberapa waktu lalu dinobatkan sebagai pahlawan nasional sebagaimana sebelumnya K.H. Abdul Halim.
Mengapa dalam tema milad dan muktamar 2025 kali ini kita menekankan Kemandirian untuk kemajuan PUI dan bangsa ini, karena tidak ada kemajuan sebuah sejarah peradaban, tanpa kekuatan kemandirian, tanpa bergantung pada siapapun, kecuali bergantung pada kekuatan Allah SWT sebagai energi terbesar, lā hawla walā quwwata illā billāh.
Terkait dengan kemandirian, ada 3 poin keteladan dari para pendiri PUI yang tetap relevan dengan zaman sebagai bekal kedepan, yaitu:
1. Keikhlasan
Ikhlas adalah energi yang tidak pernah habis sampai akhir hayat. Ikhlas artinya hanya karena Allah, untuk mendapatkan keridaan Allah sebagaimana dalam doktrin Intisab: wa al-ilkhlāsu mabdauna, ikhlas landasan dasar pengabdian kami. Pengabdian tanpa keikhlasan akan melelahkan dan menghabiskan energi. Ikhlas adalah wujud implementasi tauhid dalam tindakan. Ikhlas melahirkan produktifitas amal berkualitas dan pahala dari Allah.
2. Pengorbanan
Pengorbanan adalah wujud keikhlasan. Pengorbanan adalah amal tertinggi dari semua yang kita miliki. Pengorbanan meliputi harta dan jiwa untuk perjuangan, wa jāhidū bi amwāl wa anfus. Keteladanan dalam Pengorbanan harus dimulai dari warga PUI sendiri, insya Allāh, dengan sendirinya orang-orang akan mengikuti jejak kita.
3. Keberanian
Dakwah tidak hanya bertabur kemudahan dan riuhnya tepukan, tapi juga kesulitan dalam detil-detil menjalankan misi dakwah dan pendidikan. Dakwah membutuhkan kedetilan dan ketelitian terutama di saat-saat sulit. Keikhlasan dan pengorbanan adalah bekal keberanian, dan puncak dari ilmu pengetahuan adalah mengamalkan ilmu keberanian itu sendiri, dalam menjalankan amanah program organisasi baik dalam keadaan mudah dan sulit.
Pada akhirnya, karakter keberanian ada pada kepemimpinan yang kuat, kader dan struktur yang solid. Mereka semua yang terdepan mengungkapkan dan membela kebenaran, keadilan dan kesejahteraan, dengan strategi amaliahnya. Sejatinya semua itu telah ada dalam 8 (delapan) pedoman amaliah ishlah PUI.
Selain kemandirian sebagai bekal kemajuan umat dan bangsa, maka kemajuan harus ditopang oleh 3 (tiga) kekuatan, yaitu:
1. Kekuatan jati diri (قُوَّةُ الهُوِيَّةِ الذَّاتِيَّةِ)
PUI memiliki doktrin Intisab dan Ishlahuts Tsamaniyah yang menunjukkan jati dirinya. Allāhu Ghāyatunā menjadi pondasi akidah yang kuat seluruh warga PUI. Ikhlashu Mabdaunā, menjadi pondasi gerak warga PUI yang semata-mata karena mencari ridha Allah. Ishlahu Sabiilunā, menjadi jalan perjuangan seluruh warga PUI dengan alat ukur yang diridhai Allah. Mahabbatu Syi’ārunā, menjadi ciri khas akhlak warga PUI dalam menebar cinta dan kasih sayang. Tidak ada kemajuan sebuah entitas peradaban tanpa karakter jati diri yang kokoh dan kuat. Intisab memperkuat jalan juang PUI.
2. Kekuatan gotong royong (قُوَّةُ الْعَمَلِ الْجَمَاعِيِّ)
Bagaimanapun pandainya seseorang bila tidak berkelompok, tidak beramal jama’i akan lemah, sebagaimana rusa yang lemah bila sendirian akan menjadi incaran serigala buas. Banyak perintah Allah dan Rasul-Nya yang mendorong Muslim untuk beramal jama’i dalam jamaah yang membawa misi Islam dan dakwah. Perintah shalat berjamaah mendapatkan pahala berlipat-lipat, begitu juga dalam kehidupan kita, berjamaah kerja koletif akan melipatkan gandakan hasil amaliah kita juga berlipat-lipat untuk kemaslahatan PUI, ummat dan bangsa.
3. Kekuatan ilmu pengetahuan (قُوَّةُ الْعِلْمِ وَالْمَعْرِفَةِ)
Semua kemajuan peradaban ummat dan bangsa, basisnya adalah kekuatan ilmu pengetahuan. Tidak ada kemajuan tanpa ilmu pengetahuan. Perintah pertama Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW adalah Iqra’, Bacalah! Kemudian, Allah SWT akan meninggikan derajat kepada setiap Mukmin jika dia berilmu. Maka kekuatan ilmu yang dibangun di atas Budaya Ilmu, dengan sendirinya akan melahirkan amal yang produktif dan inovatif untuk kemajuan PUI, ummat dan bangsa.
Akhirnya semoga apa yang kita cita-citakan, semoga dimudahkan Allah SWT, dimulai dengan motivasi kita sebagaimana tema Milad dan Muktamar “Membangun Kemandirian Memajukan Indonesia”. Selamat, sukses dan berkah, Milad PUI ke-107. Mari bersama sukseskan Muktamar PUI Februari 2025 di Medan. Allāhu Akbar! Āmīn yā Rabbal ‘ālamīn.
إِنْ أُرِيْدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَاسْتَطَعْتُ فَإِذَاعَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ