Kabar DaerahMaklumat PUI

Amanat Milad PUI Ke-104 Tahun: Memimpin Ummat Membangun Bangsa

PUI.OR.ID, JAKARTA – Pada Hari Selasa tanggal 21 Desember 2021, Persatuan Ummat Islam (PUI) akan merayakan Miladnya yang ke-104 tahun. Semua tingkatan mulai dari Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, Pimpinan Badan Otonom dan Badan Semi Otonom, serta Pimpinan Lembaga Pendidikan PUI akan menyelenggarakan peringatan Hari Milad PUI ke-14 Tahun dengan mengadakan Upacara Bendera dan Doa Bersama di salah satu lembaga pendidikan PUI atau di kantor sekretariatnya masing-masing (bagi yang belum memiliki sekolah di daerahnya}.

Berikut adalah Amanat Milad PUI Ke-104 Tahun yang akan dibacakan dalam Upacara Bendera dan Doa Bersama tersebut:

Amanat Milad PUI Ke-104 Tahun
Memimpin Ummat Membangun Bangsa

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالِميْنَ ، وَالصَّلاةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِ الْأَنْبِيَاءِ وَ المُرْسَلِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
بِسْـمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِـيْمِ ، اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
اَللهُ غَايَتُنَا وَاْلإِخْلاَصُ مَبْدَؤُنَا وَاْلإصْلاَحُ سَبِيْلُنَا وَالْمَحَبَّةُ شِعَارُنَا
نُعَاهِدُاللهَ عَلَى الصِّدْقِ وَالإِخْلاَصِ وَالْيَقِيْنِ وَطَلَبِ رِضَى اللهِ فِي الْعَمَلِ بَيْنَ عِبَادِهِ بِاالتَّوَكُّلِ عَلَيْهِ
بِسْـمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِـيْمِ ، بِسْـمِ اللهِ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِا اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
اَللهُ اَكْبَرُ

Hari ini, Selasa 21 Desember 2021 M bertepatan dengan 17 Jumadil Awal 1443 H, Persatuan Ummat Islam (PUI) genap berusia 104 tahun. Syukur Alhamdulillah terucap kehadirat Allah SWT atas anugerah dan karuniaNya, sehingga PUI lebih dari satu abad dapat tumbuh dan terus berkiprah menjadi bagian dari sejarah perkembangan Ummat Islam dan Bangsa Indonesia.

Bilangan waktu yang meng­gambarkan kedewasaan dan kebertahanan sebuah Ormas Islam berbasis Pendidikan dan Dakwah. Kedewasaan dalam menggoreskan catatan perjalanan organisasi dari generasi ke generasi, melewati tantangan zaman yang terus berubah dari masa ke masa serta berkontribusi dalam perjalanan sejarah bangsa.

Kebertahanan dalam mempertahankan nilai-nilai Intisab sebagai landasan perjuangannya, juga gerakan amaliyah Ishlah Ats-Tsamaniyah sebagai simbol sekaligus jalan perjuangannya, demi mewujudkan masa depan umat dan Bangsa yang lebih baik.

HARI LAHIR PUI

Sejarah mencatat bahwa cikal bakal lahir­nya PUI bermula dari berdirinya Hajatoel Qoeloeb di Majalengka tahun 1911 oleh KH. Abdul Halim yang pada tahun 1912 berubah menjadi Madjelisoel ‘Ilmi, tujuan perhimpunan untuk berjuang menentang penjajahan kolonial melalui pendidikan keagamaan, harapannya memajukan kecerdasan ummat dan bangsa yang merdeka.

KH. Abdul Halim adalah sosok yang menjaga hubungan dan keakraban dengan para pemimpin organisasi Islam lainnya. Beliau menerapkan prinsip kolaborasi dan moderasi (Wasathiyah) sebagai kebaruan di ranah keagamaan. Pada tanggal 21 Desember 1917 M/ 06 Rabi’ul Awwal 1336 H perhimpunan ini berganti nama menjadi Persjarikatan Oelama, hingga akhirnya menjadi Perikatan Oemmat Islam (POI) pada bulan September 1943.

Perubahan nama dan bentuk perhimpunan tersebut meng­gambarkan implementasi prinsip yang dipegangnya. Hal itu juga secara tersirat menandakan bahwa pendiri PUI maupun perhimpunannya tidak fanatik buta (ta’asub) pada suatu hal yang bukan prinsip, baginya hal tersebut hanyalah sarana dan yang prinsip adalah Amal Jama’i.

Persjarikatan Oelama mendapat pengesahan dari Pemerintah Hindia Belanda berdasarkan Gouvernements Besluit, Nomor 43 Tahun 1917,  tertanggal 21 Desember 1917 M/ 06 Rabi’ul Awwal 1336 H. Dokumen inilah yang menjadi Akta Kelahiran PUI  dan ditetapkan oleh Sidang Majelis Syura tahun 2019  sebagai Hari Lahir PUI,   yang kita peringati hari ini. Ketentuan tersebut tercantum dalam Anggaran Dasar PUI Pasal 1 Ayat (3) yang disahkan pada tanggal 28 Desember 2019 M/ 1 Jumadil ula 1441 H.

Di saat yang sama di Batavia Centrum (Jakarta), pendiri PUI lainnya KH. Ahmad Sanusi mendirikan Al-Ittihadijatoel Islamijjah pada Tanggal 21 November 1931 M/ 7 Shafar 1363 H. Perhimpunan ini selanjutnya berpusat di Sukabumi, hingga kemudian menjadi Persatoean Oemmat Islam Indonesia (POII) Tanggal 01 Februari 1944 M.

Tujuannya adalah menjawab kegundahan hati para alim ulama Priangan Barat yang mendapat serangan pemikiran dari kelompok puritan. Hal itu disinyalir merupakan strategi Pemerintah Kolonial Belanda, memecah belah ummat Islam dari dalam dengan politik devide et empira.

Akhirnya, kedua tokoh tersebut bersepakat untuk meleburkan dua perhimpunan yakni Perikatan Oemmat Islam (POI) dan Persatoean Oemmat Islam Indonesia (PUII). Kemudian terciptalah momentum fusi menjadi Persatuan Ummat Islam (PUI) di Bogor, pada tanggal 5 April 1952 M/ 09 Rajab 1371 H dan tanggal itu kita peringati sebagai Hari Fusi PUI.

Fusi PUI tersebut tercetus atas dasar persahabatan erat serta persamaan prinsip perjuangan dari kedua tokoh tersebut, semangat mewujudkan persatuan dan kesatuan ummat Islam Indonesia,  saat kondisi konflik dan perbedaan pandangan antar kelompok saat itu mengancam disintegrasi bangsa. Sungguh, secercah ketauladanan PUI telah berikan, demi persatuan bangsa dengan semangat itu fusi dilakukan.

Adalah Mr. Raden Syamsudin, salah satu tokoh pendiri PUI yang menginisiasi dan memprakarsai momentum bersejarah fusi tersebut. Ia adalah sahabat seperjuangan KH. Ahmad Sanusi dalam memimpin perjuangan Ummat, hingga dipercaya memimpin serta membangun bangsa ini. Sebuah inspirasi bagi kita penerus perjuangan mereka.

Torehan sejarah telah mencatat bahwa ketiga pendiri PUI KH. Abdul Halim, KH. Ahmad Sanusi dan Mr. R. Syamsudin adalah Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Bahkan dalam salah satu persidangan BPUPKI, Kyai Ahmad Sanusi mengusulkan bentuk negara Indonesia adalah “Jumhuriyah” (Republik) dan dipimpin seorang “Imam” (Presiden) yang dipilih oleh rakyat.

Sebagai Ormas Islam yang terlahir sebelum bangsa ini merdeka, tidak berlebihan rasanya bila kita berbangga bahwa PUI adalah saksi sekaligus tonggak sejarah yang telah memberikan kontribusi dan menjadi bagian penting dari berdirinya Negara Republik Indonesia. Namun seyogyanya kebanggaan itu jangan membuat kita larut hanya pada perasaan heroik dan romantika sejarah masa lalu saja.

Kini sejarah itu berada di tangan kita. Saat ini, kitalah yang paling berhak dan bertanggung jawab atas lestarinya nilai perjuangan serta kokohnya jiwa-jiwa pemberani yang telah mereka contohkan untuk kita lanjutkan estafeta perjuangan dalam memimpin dan membina ummat demi kemajuan bangsa yang adil dan beradab.

MILAD DAN SPIRIT KEPEMIMPINAN UMMAT

Inti kepemimpinan itu adalah menginspirasi dan meng­gerakkan. Menginspirasi secara fikriyah untuk kemudian menggerakkan secara lahiriyah, melakukan ekspansi dakwah dan Ishlah ke seluruh komponen kehidupan, baik internal maupun eksternal, hingga dakwah dirasakan sampai ke seluruh tempat di berbagai belahan bumi Allah SWT.

Diperlukan keberanian untuk mengambil keputusan dan keluar dari jebakan rutinitas dan zona nyaman. keberanian mengambil keputusan dengan cepat dalam setiap momentum yang baik adalah puncak kepemimpinan. Rasulullah adalah sebaik-baik contoh sosok pemimpin yang menginspirasi, menggerakkan dan berani mengambil keputusan.

Kisah inspiratif para pendiri PUI, yang mengawali ketulusan perjuangannya dengan niat ikhlas penuh cinta untuk membina ummat, mempersatukan dan mempertautkan ummat, menjadi pemimpin ummat hingga akhirnya Allah SWT berikan bukan sekedar kesempatan namun amanah memimpin dan membangun bangsa, sungguh sebuah spirit yang harus menjadi contoh ketauladanan bagi kita, generasi penerus pengemban amanahnya.

Setiap kita, dengan tangan dan pikiran terbuka harus terus konsisten untuk tegar menjaga serta membawa visi keummatan, seperti yang dicontohkan para pendiri PUI yang luar biasa di zamannya. Kita jaga kualitas diri kita, kita aktualisasikan potensi kepemimpinan yang kita punya. Bersama, kita bergandengan tangan menjawab segala tantangan perubahan zaman.

Kini setelah 104 tahun terlewati, marilah kita beranikan instropeksi diri, apakah nilai-nilai Intisab, orientasi ilahiyah, etos ikhlas, ishlah serta mahabbah, sebagai nilai dasar perjuangan PUI masih melekat dalam jiwa dan budaya hidup serta berorganisasi kita? Karena disinilah tugas kita menyambung mata rantai khittah dakwah yang diwariskan para pendiri dahulu.

Janji kita dalam untaian doktrin Intisab yang senantiasa kita kumandangkan harus benar-benar menyatu ke dalam jiwa, pemikiran, semangat dan perilaku kita, yang pada akhirnya membawa kemajuan hingga kita benar-benar siap memimpin ummat membangun bangsa.

Bukankah Allah SWT telah memberikan rambu kepemimpinan itu kepada kita, dalam Al Qur’an surah Al-Baqarah ayat 30, Allah SWT berfirman :

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat, ‘Aku ingin menjadikan khalifah di bumi.’ Mereka bertanya, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana? Padahal, kami bertasbih memuji dan menyucikan nama-Mu.’ Dia berkata, ‘Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.”

SOLUSI MEMBANGUN BANGSA

Ayat itu seolah mengarahkan kita untuk mengambil peran memimpin ummat melanjutkan estafet risalah dakwah Ishlah. Dalam kondisi pandemi yang masih menghantui dan era disrupsi yang harus kita hadapi, kami mengajak seluruh stakeholder bangsa, termasuk ummat Islam dan keluarga besar PUI, untuk bersama bersinergi menebar cinta dan ketauladanan, serta bersama-sama berikhtiar melalui gerakan Ishlah perbaikan sebagai solusi bagi permasalahan bangsa.

PUI sebagai salah satu komponen Masya­rakat Madani, harus te­rus memberikan kontri­busi dalam pembangunan negeri. Gerakan Ishlah at-Tarbiyah melalui peningkatan mutu dan tata kelola lembaga pendidikan PUI, berbasis pelibatan dan pemberdayaan masyarakat, bernama Program Terpadu Pendidikan PUI perlu kita sukseskan. Ini merupakan amanah Sidang Majelis Syura yang menjadi salah satu fokus kontribusi kita dalam membangun bangsa melalui dunia pendidikan.

Di samping itu, dalam kondisi pandemi Covid-19 yang mempri­hatinkan, perbaikan ekonomi (Ishlah al-Iqtishad) merupakan hal prioritas yang harus segera dilakukan bagi masyarakat terutama yang terdampak pandemi. Gerakan wakaf dan zakat ummat Islam yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat, terbukti mampu memakmurkan ummat Islam hingga mereka akhirnya dapat menaklukkan Roma dan Persia. Untuk itulah diperlukan gerakan kolektif kita bersama untuk memulihkan kondisi melalui optimalisasi pengelolaan potensi aset, wakaf, zakat, infaq dan shadaqah serta pemberdayaan ekonomi umat.

Akhirnya semoga segala amaliyah, ikhtiar dan pengorbanan PUI dalam bilangan usianya, Allah SWT berikan Keridhoan dan Keberkahan serta PerlindunganNya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan bagi PUI untuk mengulang sejarah melanjutkan dan memberikan kontribusi serta solusi terbaik bagi bangsa, menuju negeri Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur. Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Fa Idza ‘Azamta Fa Tawakkal ‘Alallah.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

KH. Nurhasan Zaidi
Ketua Umum DPP PUI

Related Articles

Back to top button