AgamaDakwahOpini

Berjama’ah dalam Barisan Yang Rapih – Khutbah Idul Fitri 1446 H

Oleh: KH. Dr. Wido Supraha, M.Si.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ،  اَللهُ أَكْبَرُ  اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ،

اَللهُ أَكْبَرُ  اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ،

 اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ،

لَا إِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ وَحْدَهُ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا.

أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ بَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّى الْأَمَانَةَ وَنَصَحَ الْأُمَّةَ.

اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى حَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اتَّبَعَ هُدَاهُ وَاسْتَنَّ بِسُنَّتِهِ وَاهْتَدَى بِهَدْيِهِ وَ جَاهَدَ فِي سَبِيْلِ اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

أَمَّا بَعْدَهُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كَتَابِهِ الْكَرِيْمِ وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَـائِلِيْنَ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ :

﴿ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾

 

Pagi ini, jasad-jasad yang bersifat fana ini duduk berjama’ah menghadap kiblat yang sama, memohon keberkahan dan taufiq setelah lelah beramal bersama-sama sebulan penuh lamanya. Terbayang bagaimana ruh-ruh akan segera meninggalkan jasad yang segera akan menjadi bangkai. Akankah ruh ini kelak merasakan kebahagiaan yang abadi?

Pagi ini, dengan semangat berjama’ah dan mencintai hidup berjama’ah, menyatukan hati dan fikiran, memohon keridhaan Allah SWT atas seluruh amal panjang sebulan penuh yang berhasil ditunaikan dengan berusaha terus menjaga keikhlasan. Akankah Allah SWT meridhai dan menerima seluruh amal Ramadhan kita? Rabbanaa taqabbal minnaa inna-Ka Anta as-Sami’ al-‘Aliim

Pagi ini, telah bercampur baur perasaan bahagia dan sedih kita tamu nan agung, bulan Ramadhan, telah meninggalkan kita. Bahagia karena alhamdulillah, Allah SWT memberikan kesempatan bagi kita untuk menikmatinya secara utuh 30 hari lamanya. Sedih karena telah pergi bulan dilipatgandakan amal, dihapuskan seluruh dosa, dan diangkat kemuliaan derajat. Akankah kita diberikan kesempatan menikmatinya kembali di tahun depan?

Allāhu Akbar 3x, wa lillāh al-hamd.

Renungkanlah firman Allah SWT dalam surat Ali ‘Imran [3] ayat 103:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.

Wahai Alumnus Ramadhan, ayat ini mengingatkan sekaligus menguatkan arah dan orientasi hidup seorang mukmin, bahwa puncak keshalihan manusia ada pada kebahagiaannya untuk hidup dalam keberjama’ahan, bukan dalam kesendirian. Hidup dalam persaudaraan bukan permusuhan. Dahulu, ketika manusia saling bermusuhan, datanglah Islam dengan ajarannya yang menyatukan jiwa-jiwa yang terpecah. Kualitas persatuan antara Muhajirin dan Anshar menjadi keteladanan utama bagi kita semua hari ini di akhir zaman yang penuh fitnah.

Wahai Alumnus Ramadhan, bukankah kita kehilangan pahala yang besar dari shalat fardhu, jika kita lebih memilih beribadah dalam kesendirian, meninggalkan shalat berjama’ah. Bukankah tidak akan terselenggara shalat fardhu berjama’ah, shalat Jum’at, tadarus Al-Qur’an, kesempurnaan penghimpunan dan distribusi zakat, tanpa adanya kebersamaan dalam keberjama’ahan. Maka kitalah yang sejatinya membutuhkan jama’ah, bukan jama’ah yang membutuhkan kita. Sehingga Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk selalu membersamai jama’ah.

Renungkanlah firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah [2] ayat 43:

وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ

Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.

KH. Dr. Wido Supraha, M.Si., Wakil Ketua Majelis Syura PUI

Wahai Alumnus Ramadhan, nikmatilah kebersamaanmu bersama saudara-saudaramu di jalan Allah, dan teruslah memperbanyak berdo’a kepada Allah SWT dengan tidak lupa selalu menujukan do’amu untuk saudara-saudaramu dengan menggunakan kata ‘kami’, bukan sekedar untuk ‘aku’. Yaa Rabbanaa, tidak sekedar Yaa Rabbi. Aatinaa, tidak sekedar aati nafsii. Nikmatilah saling menasihati dan tolong menolong dengan cinta karena mereka adalah saudaramu yang dahulu diciptakan pada momentum yang sama, dan kelak kita akan kembali bersama di hadapan Allah pada umur yang sama, sekitar 33 tahun. Berjama’ah itu kebaikan, bersendirian itu jangan dibiasakan. Mari hayati pesan Nabi SAW dalam riwayat at-Tirmidzi no. 2165:

عليكم بالجماعة ، وإياكم والفرقة ، فإن الشيطان مع الواحد وهو من الاثنين أبعد .من أراد بحبوحة الجنة فليلزم الجماعة .ن سرته حسنته وساءته سيئته فذلكم المؤمن

“Berpeganglah pada Al-Jama’ah dan tinggalkan keterpecahan. Karena setan itu bersama orang yang bersendirian dan setan akan berada lebih jauh jika orang tersebut berdua. Barangsiapa yang menginginkan bagian tengah Surga, maka berpeganglah pada Al-Jama’ah. Barangsiapa merasa senang bisa melakukan amal kebajikan dan bersusah hati manakala berbuat maksiat maka itulah seorang mu’min.”

Janganlah senang menjadi shalih sendirian, karena serigala akan memakan domba yang menyendiri dari jama’ahnya, sebagaimana riwayat Abu Dawud no. 547:

فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ

“Karena sesungguhnya serigala hanya akan menerkam domba yang sendirian.“

Allāhu Akbar 3x, wa lillāh al-hamd.

Renungkanlah, tidak ada jama’ah tanpa ukhuwah, tidak ada ukhuwah tanpa cinta. Ramadhan telah memberikan inspirasi untuk semakin saling mencintai dan bekerjasama dengan visi yang sama: Jannatul Firdaus.

Diriwayatkan oleh al-Bukhari no. 3443 dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:

وَالْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ

“Dan para nabi adalah bersaudara (dari keturunan) satu ayah dengan ibu yang berbeda, sedangkan agama mereka satu.“ (HR. Bukhari no. 3443)

“Dan para nabi adalah bersaudara (dari keturunan) satu ayah dengan ibu yang berbeda, sedangkan agama mereka satu.

Jika masing-masing dari 124.000 nabi yang pernah diutus, menyadari bahwa mereka bersaudara, menyadari bahwa mereka adalah keturunan dari seorang ayah yang sama, menyadari bahwa mereka memiliki kesatuan narasi dakwah tauhid yang sama, maka demikianlah seharusnya umat ini seharusnya dapat lebih mudah bersatu dalam tauhid, meneladani semangat kesatuan perasaan para Nabi, dan saling mengasihi hingga saling bersinergi dalam kebaikan dan saling bahu membahu memperjuangkan tegaknya nilai-nilai Islam di bumi Allah ini.

Tentu saja, selalu ada yang tidak ideal dalam kehidupan berjama’ah, selalu ada kekurangan yang akan terlihat, termasuk kekurangan pada pemimpin. Maka nasihat Nabi SAW sebagaimana riwayat al-Bukhari no. 7054 dan Muslim no. 1848:

مَنْ رَأَىٰ مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ، فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ، إِلَّا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً

Barangsiapa yang melihat sesuatu yang tidak ia sukai dari pemimpinnya, maka bersabarlah. Karena barangsiapa yang keluar dari Al Jama’ah sejengkal saja lalu mati, ia mati sebagai bangkai Jahiliah”.

Renungkanlah, musuh kita bukanlah sesama umat Islam. Musuh kita bukanlah sesama anak bangsa. Musuh kita bukanlah sesama anak Adam a.s. Sejatinya musuh kita adalah ketidakadilan, kezhaliman, penjajahan, penindasan, kebodohan, dan pengkhianatan. Ramadhan hadir untuk mengingatkan kepada kita para penghayat Al-Qur’an agar semakin mampu membedakan secara jeli, antara al-haq dan al-bathil, antara al-birr dan al-itsm, antara halal dan haram, antara shalih dan thalih, antara an-nur dan azh-zhulumat, antara as-sa’adah dan asy-syaqawah, dan seterusnya. Semoga Allah SWT memudahkan kita untuk selalu memposisikan diri kita dalam kebenaran, kebaikan, kehalalan, keshalihan, kebahagiaan, jalan cahaya dan jalan yang Allah SWT ridhai.

Sungguh miris apa yang telah terjadi di awal Ramadhan, fenomena tawuran, perang sarung, hingga saling berusaha membunuh sesama kaum muslimin, bahkan dilakukan di waktu yang sangat mulia, di antara waktu sahur dan Subuh, di bulan yang penuh kemuliaan. Sadarkan generasi muda kita, ada visi yang jauh lebih besar dan mulia, jika mereka ingin dimuliakan Allah SWT.

Ulang-ulanglah merenungi firman Allah SWT dalam surat Al-Mukminun [23] ayat 52-53 agar kita tidak menjadi golongan yang mencintai perpecahan dan permusuhan sesama umat Islam yang telah dipersaudarakan.

وَاِنَّ هٰذِهٖٓ اُمَّتُكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّاَنَا۠ رَبُّكُمْ فَاتَّقُوْنِ
فَتَقَطَّعُوْٓا اَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًاۗ كُلُّ حِزْبٍۢ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ

Sesungguhnya (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu, dan Akulah Tuhanmu. Maka, bertakwalah kepada-Ku. Lalu mereka (para pengikut rasul) terpecah belah dalam urusan (agama)-nya menjadi beberapa golongan. Setiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka (masing-masing).

Renungkanlah, bagaimana perjuangan saudara-saudara kita di Palestina, bahkan di bulan Ramadhan ini. Kita menjadi saksi bagaimana para mujahidin HAMAS dan Jihad Islam di Gaza terus konsisten berjama’ah melawan penjajahan Israel dan Amerika, sementara saudaranya sebangsa di wilayah lain di Palestina justru banyak yang bekerja sama dengan Israel. sehingga bahkan ada yang tanpa malu menyerukan kepada para pejuang mujahidin untuk lebih baik menyerah saja kepada Israel dan membiarkan Gaza di bangun kawasan elit bagi bisnis Riviera Amerika Serikat.

Renungkanlah, bagaimana Suriah selepas diselamatkan oleh HTS kini telah berhasil menyusun pemerintah baru yang berdaulat dan berisi menteri dengan latar belakang keahlian dan kepakaran sesuai bidangnya masing-masing dari lintas aliran perbedaan yang ada di Suriah demi persatuan ummat. Namun, kita juga menyaksikan bahwa terdapat segelintir pemimpin wilayah di Turki yang rela mengganggu pemerintah pusat yang sah, hanya karena perbedaan pandangan politik dan lebih memilih menjadi budaknya George Soros, sebagai pengkhianat bagi negerinya sendiri. Ternyata musuh terberat kita akan datang dari kalangan kita sendiri, persis sebagaimana dahulu kisah Indonesia yang dijajah asing dengan mendapatkan dukungan justru dari sebagian bangsa sendiri yang lebih mencintai uang daripada kemuliaan di sisi Allah SWT.

Allāhu Akbar 3x, wa lillāh al-hamd.

Ramadhan telah usai. Saatnya kita membuktikan bahwa kita adalah generasi Rabbani, bukan sekedar generasi Ramadhan. “Kun Rabbaniyan wala takun Ramadhaniyyan”. Allah Maha Menyaksikan bahwa insya Allah seluruh yang hadir pagi ini di lapangan adalah generasi yang akan terus merawat kebaikan yang telah dimulainya sejak awal Ramadhan seperti shalat fardhu berjama’ah, shalat tahajjud minimal berdua istri, tilawah Al-Qur’an, halaqah dzikir, mengeluarkan zakat, melanjutkan puasa Sunnah dimulai dari puasa 6 hari di bulan Syawwal, dan seluruh amal kebaikan lainnya. Hal ini karena keyakinan bahwa ciri diterimanya amal seorang hamba adalah dimudahkannya hamba tersebut melanjutkan kebaikannya.

Ramadhan telah usai. Saatnya dengan energi kesucian jiwa dan kebersihan niat untuk bergerak melakukan amal yang sangat besar nilainya dan sangat mulia, yakni menguatkan persatuan ummat Islam. Banyak hal yang dapat kita lakukan demi terwujudnya persatuan ummat Islam yang akan menggetarkan musuh-musuh Islam, sekaligus meningkatkan kewibawaan umat ini. Langkah yang dapat dilakukan adalah:

  1. Merawat perasaan kasih sayang sesama umat yang bershalawat kepada Rasulullah SAW

Hayatilah hadits Nabi SAW dalam riwayat Muslim no. 2586:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam perilaku saling mencintai, kasih sayang, dan tolong-menolong di antara mereka seperti satu tubuh. Jika ada satu bagian tubuh mengalami sakit, maka sekujur tubuh ikut merasakannya dengan tidak dapat tidur dan merasakan demam.

  1. Menjaga adab saat kita berbeda pendapat dalam sebuah masalah.

Renungkanlah firman Allah SWT dalam Surat Al-Anfal [8] ayat 46:

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَاصْبِرُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَۚ

Taatilah Allah dan Rasul-Nya, janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang, serta bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.

  1. Menahan diri dari peluang melakukan fitnah, ghibah, berita HOAX, dikarenakan hasadnya jiwa

Berkata Syaikh Musthafa al-‘Adawi, dalam At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab, hlm. 720, bahwa:

الحَسَدُ هُوَ تَمَنَّى زَوَالَ النِّعْمَةِ عَنْ صَاحِبِهَا

Hasad adalah menginginkan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain.

Hayatilah hadits Nabi SAW dalam riwayat Muslim no. 2564:

لاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَتَنَاجَشُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخوَاناً. المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَايَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَاهُنَا -وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ- بِحَسْبِ امْرِىءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ المُسْلِمَ. كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى المُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ

“Janganlah kalian saling hasad (mendengki), janganlah saling tanajusy (menyakiti dalam jual beli), janganlah saling benci, janganlah saling membelakangi (mendiamkan), dan janganlah menjual di atas jualan saudaranya. Jadilah hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, ia tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain. Takwa itu di sini–beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali–. Cukuplah seseorang berdosa jika ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.’”

  1. Selalu berusaha berpikir dan bertindak secara adil, berdasarkan ilmu bukan perasaan

Renungkanlah firman Allah SWT dalam Surat An-Nahl [16] ayat 90:

 اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.

  1. Selalu mendahulukan kepentingan umum, publik dan umat di atas ‘ashabiyahatau kepentingan kelompok, apalagi sekedar kepentingan diri

Hayatilah hadits Nabi SAW dalam riwayat Abu Dawud no. 5121:

 لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ

Bukan termasuk golongan kami, orang yang mengajak kepada ashobiyah, berperang karena ashobiyah dan mati karena ashabiyah.

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، ، اَللهُ أَكْبَرُ،  اَللهُ أَكْبَرُ  اَللهُ أَكْبَرُ،  اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ،

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أَمَّا بَعْدَهُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كَتَابِهِ الْكَرِيْمِ وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَـائِلِيْنَ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

﴿ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾

Yaa Rabbanaa, saksikanlah bahwa kami semua adalah pejuang, kami semua adalah umat Rasulullah SAW yang rindu bersama dengan beliau kelak dengan seluruh kelelahan-kelelahan kami dalam beramal menuju ridhamu ya Allah. Astaghfirullah al-‘Azhim (3x).

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف المرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين برحمتك يا أرحم الراحمين

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَتَضَرُّعَنَا وجميع أعمالنا

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu! (HR. Muslim no. 2654)

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَهْوَاءِ

“Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar].” (HR. Tirmidzi no. 3591)

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. [Al-Hasyr/ 59: 10]

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَبَارِكْ لَنَا فِى أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمَتِكَ مُثْنِينَ بِهَا قَابِلِيهَا وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا

“Ya Allah, satukanlah hati kami. Perbaikilah keadaan kami. Tunjukilah kami jalan-jalan keselamatan (menuju surga). Selamatkanlah kami dari kegelapan menuju cahaya. Jauhkanlah kami dari perbuatan keji yang nampak maupun tersembunyi. Berkahilah pendengaran, penglihatan, hati, istri, dan keturunan kami. Terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Jadikanlah kami hamba yang bersyukur atas nikmat-Mu, terus memuji-Mu dan menerima nikmat tersebut, dan sempurnakanlah nikmat tersebut pada kami.” (HR. Abu Daud, no. 969)

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ

اللهم انصر اخواننا والمستضعفين  فى فلسطين وفى بلاد الشام  وفى كل مكان 

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، والحمد لله رب العالمين

تقبل الله مناومنكم تقبل ياكريم جعلناالله واياكم من العائدين والفائزين وادخلنامن زمرةالمتقين المخلصين

أعاده الله علينا وعليكم بالخير  والبركاتكل عام وانتم بخير

عيد مبارك. والسلام عليكم ورحمة وبركاته

===============

Khutbah Idul Fitri ini disampaikan di Lapangan Masjid Nurul Ilmi, Perumahan PGRI, Cilodong, Depok, Jawa Barat

Related Articles

Back to top button