DakwahWanita PUI

Dari Madrasah Ibu, Lahir Kemerdekaan Sejati

Penulis: Hj. Herliani, M.Ag.

Ketua Umum DPP Wanita PUI

Tanggal 17 Agustus 2025 tepat 80 tahun Indonesia merdeka. Sepanjang usia ini, bukan hal mudah untuk dapat merdeka sepenuhnya. Ada banyak ujian dan rintangan yang sejatinya justru mampu menyadarkan dan membangkitkan bangsa ini. Jika dulu para pahlawan berjuang berdarah-darah menghadapi mesiu, maka saat ini menghadapi lemahnya akidah dan ibadah umat, ketimpangan sosial, degradasi moral, serta maraknya kejahatan. Padahal merdeka bukan hanya bebas dari kungkungan penjajah, tapi juga dari ketertinggalan, ketidakadilan, dan krisis moral. Kemerdekaan bukan hanya tentang lepas dari penjajahan fisik, melainkan juga kemerdekaan jiwa, pikiran, dan moral. Kemerdekaan sejati ini dapat diwujudkan mulai dari unit terkecil dalam masyarakat, keluarga.

Madrasah Ibu: Mencetak Karakter Generasi

Wanita PUI memiliki visi “Menjadi organisasi muslimah terdepan dalam meneguhkan ketahanan keluarga, mencerdaskan ummat, dan membangun bangsa”. Wanita PUI sangat mendukung optimalisasi peran anggotanya mulai dari rumah sebagai istri dan ibu. Wanita PUI harus cerdas dan pandai dalam menciptakan ketenangan keluarga serta pandai mencetak generasi yang tangguh dan berakhlak mulia bersama suami.

Wanita PUI adalah tiang keluarga dan peradaban bangsa yang dijiwai al-mahabbatu syi’ārunā, yaitu cinta adalah lambang (pengabdian) kami. Kasih sayang ibu adalah pupuk yang paling subur untuk pertumbuhan karakter anak. Dari sentuhan lembut ibu, anak belajar empati, keberanian, dan keteguhan. Ibu adalah figur sentral yang membentuk mentalitas dan spiritualitas seorang anak, yang kelak akan menjadi “pahlawan” atau agen perubahan bagi bangsa.

Anugerah kasih sayang Allah meresap dalam diri seorang ibu, menciptakan ikatan tanpa batas dengan anaknya. Ibu adalah sekolah pertama bagi jiwa dan raga, sumber mata air cinta yang tidak pernah kering.

Teladan Agung: Ibunda Maryam dan Ibunda Musa

Ada banyak kisah wanita sebagai ibu dalam Al-Qur‘an yang mengandung banyak pelajaran. Di antaranya kisah istri Imran yang melahirkan Maryam dan kisah ibunda Musa as. Keimanan, ketakwaan. dan kasih sayang mereka adalah teladan wanita sepanjang masa. Kisah-kisah itu adalah motivasi bagi para ibu untuk menjadi diri yang mampu menjadi teladan dan melahirkan generasi Rabbani, serta mampu membentuk karakter, etika, dan spiritualitas anak-anak.

Ibunda Maryam

Kisah istri Imran yang dikenal sebagai ibunda Maryam adalah gambaran nyata dari kasih sayang seorang ibu yang tak terbatas. Allah berfirman,

فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ اِنِّيْ وَضَعْتُهَآ اُنْثٰىۗ وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْۗ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْاُنْثٰى ۚ وَاِنِّيْ سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَاِنِّيْٓ اُعِيْذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ

“Ketika melahirkannya, dia berkata, “Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.” Padahal, Allah lebih tahu apa yang dia (istri Imran) lahirkan. “Laki-laki tidak sama dengan perempuan. Aku memberinya nama Maryam serta memohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari setan yang terkutuk.” (QS Āli ‘Imrān [3]:36)

Setelah bernazar untuk mempersembahkan anaknya bagi pengabdian di rumah Allah, ia melahirkan seorang putri. Meski awalnya merasa sedikit terkejut karena yang lahir adalah perempuan, doa yang ia panjatkan mencerminkan keyakinan dan cinta yang mendalam.

Dalam doanya, ia tidak hanya memberikan nama Maryam yang indah, tetapi juga memohon perlindungan Allah dari segala keburukan dan godaan setan untuk putrinya serta keturunannya. Doa ini adalah wujud kasih sayang murni seorang ibu yang ingin memastikan anaknya tumbuh dalam kebaikan dan keselamatan, jauh dari pengaruh buruk. Ia menyerahkan putrinya kepada Allah, Dzat yang paling tahu apa yang terbaik, dan membiarkan takdir Ilahi mengarahkan hidup Maryam.

Karena ayahnya, Imran, telah tiada, ibunda Maryam dengan penuh keikhlasan menyerahkan putrinya untuk diasuh oleh pamannya, Nabi Zakaria. Keputusan ini menunjukkan keberanian dan pengorbanan seorang ibu yang rela melepaskan putrinya demi kebaikan yang lebih besar, yaitu agar Maryam tumbuh dalam bimbingan spiritual yang terbaik. Dari sini nampak kasih sayang ibu bukan hanya tentang menjaga fisik, tetapi juga memastikan pertumbuhan spiritual dan mental yang baik. Dengan ikhtiar ketulusan doa sang ibu dan didikan Nabi Zakaria, Maryam tumbuh menjadi pribadi yang luar biasa, berkat penjagaan dan karunia dari Allah.

Ibunda Musa as 

Kisah ibunda Musa pun mengajarkan teladan luar biasa tentang ketaatan kepada Allah dan kasih sayang tak terhingga seorang ibu. Allah berfirman,

وَاَصْبَحَ فُؤَادُ اُمِّ مُوْسٰى فٰرِغًاۗ اِنْ كَادَتْ لَتُبْدِيْ بِهٖ لَوْلَآ اَنْ رَّبَطْنَا عَلٰى قَلْبِهَا لِتَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ

“Hati ibu Musa menjadi hampa. Sungguh, hampir saja dia mengungkapkan (bahwa bayi itu adalah anaknya), seandainya Kami tidak meneguhkan hatinya agar dia termasuk orang-orang yang beriman (kepada janji Allah).” (QS Al-Qaṣaṣ [28]:10)

Ketika diperintah Allah untuk menghanyutkan putranya ke sungai, ia melaksanakannya dengan penuh kepatuhan. Namun, di balik ketaatan itu, hatinya tetap gelisah. Al-Qur’an menggambarkan hatinya menjadi hampa karena perpisahan, menunjukkan betapa besar cintanya. Di tengah kegelisahan, Allah menguatkan hatinya, membantunya kembali percaya pada janji-Nya. Keberanian dan ketabahan ini membuahkan hasil: Musa kembali ke pelukannya dan tumbuh menjadi seorang nabi.

Kisah ini membuktikan bahwa ketaatan kepada Allah, meskipun sulit, akan selalu disertai pertolongan-Nya. Ia juga menunjukkan bahwa kasih sayang ibu adalah kekuatan besar yang berlandaskan keimanan. Ibunda Musa adalah simbol ibu yang mencetak generasi pemberani dan penuh keyakinan.

Ibu Masa Kini: Pahlawan Kemerdekaan Sejati

Masing-masing zaman ada tatangannya. Ibu hari ini adalah pahlawan yang berperang melawan degradasi moral, pengaruh buruk media, dan tantangan zaman lainnya. Dengan karunia rahmat berupa cinta dan kasih sayang yang Allah berikan, ibu dapat membangun benteng karakter yang kokoh bagi anak-anaknya. Kemerdekaan bangsa di masa depan sangat bergantung pada bagaimana ibu-ibu hari ini mendidik generasi yang berkarakter, beriman, dan berakhlak mulia.

Persembahan Kemerdekaan dari Wanita PUI

Kado peringatan Kemerdekan RI ke-80 dari Wanita PUI untuk bangsa ini adalah melanjutkan perjuangan untuk mendapatkan kemerdekaan sejati yang dibangun dari rumah-rumah yang dipenuhi kasih sayang dan didikan Islami. Dengan berlandaskan Al-Mahabbah Syiaruna, Wanita berkomitmen penuh untuk menjadi garda terdepan dalam mencetak generasi penerus bangsa dengan kemerdekaan sejati.

Para kader baik yang berada di struktural, lembaga pendidikan, ataupun di majelis-majelis seperti majelis taklim dan panti asuhan, mari terus kita kokohkan peran kita sebagai ibu sebagai pilar utama kemerdekaan bangsa.

Related Articles

Back to top button