Pemuda PUI: Gunakan Teknologi AI dalam Pentashihan Konten Keislaman di Media Sosial
PUI OR.ID, Jakarta – Wakil Ketua Umum Pemuda Persatuan Ummat Islam (PUI), Ahmad Gabriel, memberikan masukan yang konstruktif terkait pentashihan konten yang bertebaran di media sosial. Ia mengusulkan agar masyarakat menggunakan teknologi AI dalam melakukan pentashihan atau pengecekan konten keislaman di media sosial.
Masukan ini ia sampaikan pada acara Diskusi Pentashihan Literasi Digital pada hari Kamis, 25 Juli 2024, yang diadakan oleh Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman (LPBKI) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh dan pakar di bidang literasi digital serta perwakilan dari berbagai organisasi keislaman.
Dalam diskusinya, Ahmad Gabriel mengusulkan agar ormas Islam dan masyarakat menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT dan Nuna dalam proses pentashihan konten digital. Nuna lebih direkomendasikan karena selain karya anak bangsa yang dibuat oleh Pusat Kajian Hadis (PKH) Jakarta, Nuna dibuat khusus dengan ribuan database berisikan Al-Qur’an dan hadis sahih beserta syarah atau penjelasannya.
“Konten keislaman yang dibuat masyarakat sangat banyak, namun untuk mengecek kebenaran suatu hadis atau konten keislaman tersebut membutuhkan kajian oleh para ulama. MUI selama ini telah banyak mentashih buku-buku dan konten keislaman, namun tentu karena membanjirnya konten di medsos, diperlukan teknologi yang imbang dan saya rasa kita semua dapat menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk melakukan tashih terhadap konten tersebut,” ujar Gabriel.
Tashih adalah istilah dalam bahasa Arab yang berarti “penyuntingan” atau “penyempurnaan”. Dalam konteks keislaman, tashih merujuk pada proses memeriksa, memperbaiki, dan memastikan keaslian serta kebenaran teks-teks keagamaan, seperti Al-Qur’an, hadis, atau literatur Islam lainnya. Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa teks-teks tersebut bebas dari kesalahan dan sesuai dengan ajaran Islam yang benar.
Gabriel yang juga Sekretaris Lembaga Budaya dan Literasi DPP PUI itu menyampaikan, “Penggunaan teknologi AI seperti Nuna akan sangat membantu dalam menyaring dan memastikan konten yang beredar di media sosial sesuai dengan ajaran Islam yang benar. Teknologi ini dapat bekerja lebih cepat dan efisien, juga lebih terjamin karena databasenya berisikan naskh-naskh yang sohih.”
“Sehingga tidak hanya MUI, namun masyarakat umum dapat melakukan verifikasi mandiri serta memilah konten-konten yang sahih untuk dicerna. Kita bahkan bisa menyanggah bila terdapat kesalahan dalam konten tersebut, sehingga kita semua dapat berperan aktif dalam mencerahkan masyarakat,” kata Gabriel.
Pembicara utama dalam acara Diskusi Pentashihan Literasi Digital ini antara lain Ketua MUI Prof Utang Ranuwijaya, Sekjen MUI Dr Amirsyah Tambunan, Wasekjen MUI KH Arif Fahrudin, Ketua LPBKI MUI Prof KH Endang Soetari, Sekretaris LPBKI MUI Ust Ahmad Haromaini, dan Tim Pusat Kajian Hadis Ust. Tarsim Fillah.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas literasi digital di kalangan umat Islam dan memastikan bahwa informasi yang beredar di dunia maya sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Dengan adanya masukan dari berbagai pihak, diharapkan MUI dapat terus berinovasi dalam menjaga kemurnian ajaran Islam di era digital ini.
“Semoga MUI dan ormas-ormas Islam selalu menjadi khodimul ummah, pelayan umat yang senantiasa menjaga, melindungi dan mesyiarkan ajaran Islam demi kebaikan bersama,” tutup Gabriel.
Untuk mengakses Nuna, kita dapat mengunjungi laman gpt.cmspkh.com dan membuat akun baru, lalu kita dapat mengajukan pertanyaan dan dalam hitungan detik akan langsung mendapat jawabannya. (AG)