Merajut Aset Wakaf, Menata Kebesaran PUI

Oleh: Raizal Arifin
Sekjend DPP PUI
Alhamdulillah, Allahu Akbar. Setelah berjuang bersama setidaknya selama 3 tahun ini, agenda merajut aset wakaf PUI mulai menampakkan hasil. Tidak kurang 60 Hektar aset wakaf berhasil dirajut kembali. Terima kasih dan apresiasi besar kepada DPW DKI Jakarta, DPW Jawa Barat, DPD Kota Tasikmalaya, DPD Kab Cirebon, DPD Kota Cirebon, DPW Riau, DPW Kalteng dan sejumlah pihak lain yang telah menjadi bagian dari upaya kita bersama menata Kebesaran PUI. Semoga DPW, DPD dan warga PUI lainnya segera menyusul. Ini bukan akhir, tapi langkah awal yang penting bagi sejarah masa depan PUI.
Mengapa gerakan Wakaf penting dilakukan PUI? Karena para sahabat dan peradaban Islam mencontohkan demikian. Berbagai agenda dan program dakwah bisa dijalankan dengan leluasa bila dukungan pendanaan tersedia secara mandiri dan berkesinambungan. Wakaf adalah instrumen penting bila kita ingin meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan, produktivitas, inovasi gerak, hingga ketokohn para anggota dan pengurus organisasi PUI. Selain instrumen lain seperti iuran anggota, gerakan zakat & sedekah dan optimalisasi unit-unit usaha yang ada di lingkungan PUI.
Setidaknya ada tiga agenda penting yang harus kita kerjakan bersama agar Aset-aset wakaf yang telah dan akan bergabung bisa membawa pada kebesaran PUI. Pertama, peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pengembangan kualitas SDM PUI. Kebesaran PUI hanya bisa dibangun bila tersedia manusia-manusia besar dan berkualitas dalam tubuh PUI. Tak hanya alim dan Sholeh, tapi kader-kader yang mempunyai produk karya dan ketokohan yang impactful, strategis dan signifikan. Semakin banyak kader yang sukses, maka hilal kebesaran PUI semakin terlihat.
Kedua, penguatan basis masyarakat dan wilayah. PUI harus menata gerakan agar memiliki basis masyarakat dan wilayah yang jelas dan kuat. Jawa Barat harus bisa dijadikan basis utama karena sejarah PUI dimulai di sini. PUI harus punya kebermanfaatan besar di semua sektor kehidupan masyarakat, sekalian ketokohan dan kepemimpinannya. Agar masyarakat memiliki kecintaan dan dukungannya, bahwa menjadi kontributor dan advokat gerakan-gerakan perbaikan (ishlah) yang PUI jalankan. Dari Jawa Barat kita futuhkan Banten, Jakarta, Lampung, Sumsel, Kalsel, Riau dan wilayah lainnya.
Ketiga, PUI harus mencetak banyak produk karya yang bermanfaat menjadi solusi atas berbagai masalah dan ekspektasi masyarakat. Setiap daerah punya karakter dan kearifan lokal, juga masalah dan tantangannya. PUI harus bisa membuat gerakan, lembaga, komunitas, usaha, bisnis, sekolah, koperasi dan sejenisnya yang dirintis dan dibesarkan kader-kader PUI. Inilah dakwah yang dicontohkan Walisongo, membuat sesuatu yang bermanfaat besar sehingga masyarakat jatuh hati dan mendukung dakwah Walisongo.
Kalau disederhanakan, fokus gerak ada pada Kaderisasi dan Pendidikan yang muaranya adalah mencetak kader-kader yang berkualitas, sukses, punya ketokohan dan pengaruh yang signifikan dalam masyarakat. NU bisa punya basis Jawa Tengah dan Jawa Timur, Muhammadiyah di Jogja dan Sumatera Barat, maka PUI harus kuat dan kokoh setidaknya di Jawa Barat, Banten dan Jakarta.
Dengan gerakan yang agile dan solutif atas permasalahan masyarakat, bukan tidak mungkin PUI menjadi yang terbesar. Dan aset-aset yang telah dan akan dirajut adalah modal penting kita bersama. Apakah bisa? Tergantung seberapa besar mimpi, daya belajar, daya eksekusi dan kekuatan ukhuwah kita bersama. Bravo PUI. Wallahu’alam bishawab.