Qawlan Sadidan Sebagai Syarat Ishlah
Oleh: KH. Ahmadie Thaha
Anggota Majelis Syura PUI – Pimpinan & Pengasuh PP. Tadabbur Al-Qur’an
يَٰٓأَيُّها ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَٰلَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung.
Jika kita perhatikan ayat 70 dan 71 dari Al-Ahzab (70) ini, akan tampak adanya serangkaian tugas kewajiban yang harus dilakukan seseorang.
Pertama, ayat ini menyeru dengan kata “wahai” kepada orang-orang beriman. Tapi karena kalimat untuk “orang beriman” ini berbentuk kata kerja, maka ia juga sekaligus bermakna seruan bagi manusia yang belum beriman agar beriman.
Sementara bagi orang yang sudah beriman, itu juga berarti seruan agar mereka tetap berada dalam keimanan, terus menjaga keimanan dari segala rongrongan, serta seruan untuk terus meneguhkan dan memupuk keimanan mereka.
Ayat ini dilanjutkan dengan perintah kepada orang beriman untuk bertakwa. Yaitu, menjalankan seluruh perintah Allah Swt dan meninggalkan segala larangan-Nya, serta melakukan amar makruf nahi mungkar.
Keimanan dan ketakwaan inilah yang menjadi dasar dari pelaksanaan perintah berikutnya yang terdapat di ayat, yaitu seruan untuk berkata dengan perkataan yang sadid, yang benar dan lurus. Komunikasinya harus faktual. Dalam ilmu jurnalistik, ini bisa diartikan sebagai berita yang ditulis berdasarkan fakta, bukan berita mengada-ada alias bohong.
Nah, jika kita sendiri sudah mampu melaksanakan perintah berkata yang sadid, barulah kita dijanjikan oleh Allah, kita mampu melakukan ishlah. Inilah bagian dari tugas amar makruf nahi munkar. Tak cukup kita hanya melakukan amal-amal kebaikan. Tapi kita juga dituntut kewajiban melakukan amal-amal perbaikan, reformasi atau ishlah dengan mengoreksi segala kerusakan alias korupsi.
Berikut beberapa uraian tafsir atas kedua ayat tersebut di atas.
Tafsir Kemenag RI
(70) Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman supaya tetap bertakwa kepada-Nya. Allah juga memerintahkan orang-orang beriman untuk selalu berkata yang benar, selaras antara yang diniatkan dan yang diucapkan, karena seluruh kata yang diucapkan dicatat oleh malaikat Raqib dan ‘Atid, dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
(71) Bila mereka tetap memelihara keimanan dan ketakwaan dan selalu mengatakan kebenaran, pasti Allah akan memperbaiki perbuatan dan mengampuni dosa-dosa mereka. Siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, maka jalan yang harus ditempuh hanyalah satu, yaitu menaati Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan kebahagiaan yang besar di dunia dan akhirat.
Tafsir Jalalayn
(Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar) yakni perkataan yang tidak menyalahi. (Niscaya Allah memperbaiki bagi kalian amal-amal kalian) yakni Dia menerimanya (dan mengampuni bagi kalian dosa-dosa kalian. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan kemenangan yang besar) yaitu dia telah memperoleh apa yang paling didambakannya.
Tafsir Muyassar
يا أيها الذين صدَّقوا الله ورسوله وعملوا بشرعه، اعملوا بطاعته، واجتنبوا معصيته؛ لئلا تستحقوا بذلك العقاب، وقولوا في جميع أحوالكم وشؤونكم قولا مستقيمًا موافقًا للصواب خاليًا من الكذب والباطل.
إذا اتقيتم الله وقلتم قولا سديدًا أصلح الله لكم أعمالكم، وغفر ذنوبكم. ومن يطع الله ورسوله فيما أمر ونهى فقد فاز بالكرامة العظمى في الدنيا والآخرة.
Tafsir as-Sa’di
يأمر تعالى المؤمنين بتقواه، في جميع أحوالهم، في السر والعلانية، ويخص منها، ويندب للقول السديد، وهو القول الموافق للصواب، أو المقارب له، عند تعذر اليقين، من قراءة، وذكر، وأمر بمعروف، ونهي عن منكر، وتعلم علم وتعليمه، والحرص على إصابة الصواب، في المسائل العلمية، وسلوك كل طريق يوصل لذلك، وكل وسيلة تعين عليه.ومن القول السديد، لين الكلام ولطفه، في مخاطبة الأنام، والقول المتضمن للنصح والإشارة، بما هو الأصلح.
ثم ذكر ما يترتب على تقواه، وقول القول السديد فقال: { يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ } أي: يكون ذلك سببًا لصلاحها، وطريقًا لقبولها، لأن استعمال التقوى، تتقبل به الأعمال كما قال تعالى: { إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ } ويوفق فيه الإنسان للعمل الصالح، ويصلح اللّه الأعمال [أيضًا] بحفظها عما يفسدها، وحفظ ثوابها ومضاعفته، كما أن الإخلال بالتقوى، والقول السديد سبب لفساد الأعمال، وعدم قبولها، وعدم تَرَتُّبِ آثارها عليها.{ وَيَغْفِرْ لَكُمْ } أيضًا { ذُنُوبَكُمْ } التي هي السبب في هلاككم، فالتقوى تستقيم بها الأمور، ويندفع بها كل محذور ولهذا قال: { وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا }
(Catatan AT 22/02/2023)