Daffa Fasya, Alumni Daarul Uluum PUI Majalengka yang Menjadi Kiper Tangguh di Piala Asia U-20 2023
PUI.OR.ID, Majalengka – Ada hal yang dibanggakan warga Majalengka, Jawa Barat, terlepas sengitnya perebutan tiket 16 besar Piala Asia U20 2023. Kebanggaan itu berasal dari penjaga gawang Timnas U-20, Daffa Fasya Sumawijaya.
Tembok terakhir pertahanan Garuda Muda itu merupakan warga Perum Sindangkasih, Kelurahan Sindangkasih, Kecamatan/Kabupaten Majalengka. Dalam kompetisi itu Daffa selalu menjadi andalan pelatih Shin Tae-yong.
Nama remaja kelahiran Sumedang, 7 Mei 2004 itu kian populer di kalangan pencinta sepakbola Tanah Air. Terlebih, Daffa sukses tampil gemilang dalam dua laga terakhir bersama Timnas U-20, melansir detikJabar.
Dalam laga pertama kontra Irak, Daffa berhasil menunjukkan kualitasnya. Ia beberapa kali melakukan penyelamatan gemilang, meski pada saat itu Timnas U-20 takluk 0-2 dari Irak.
Dalam duel melawan Suriah, Daffa kembali menjelma sebagai tembok akhir yang kokoh. Aksi Daffa di bawah mistar gawang membuat frustrasi pemain Suriah lantaran tak bisa menjebol gawang Garuda Muda. Pada laga itu Indonesia menang 1-0.
Perjalanan Panjang Daffa
Lantas siapakah Daffa, dan seperti apa perjalanan dirinya hingga bisa menjadi tembok kokoh Timnas U-20?
Daffa merupakan warga Perum Sindangkasih, Majalengka. Ia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ia anak dari pasangan Denny Agus Hidayat (50) dan Wiwin Yulianingsih (43).
Ibunda Daffa, Wiwin Yulianingsih menyampaikan, bakat Daffa di dunia sepakbola sudah terlihat sejak kecil. Namun kala itu, Daffa masih meraba-raba posisi terbaiknya.
“Daffa dari kecil memang suka bola, tapi memang awalnya nggak ke kiper sebenarnya, tapi striker. Dia awalnya latihan-latihan aja, karena dulu tinggal di Rancakalong, Sumedang, karena memang lahir di sana, semua (keluarga) di sana,” kata Wiwin seperti dilansir dari detikJabar, Senin (6/3/2023).
Daffa menjalani awal kariernya di tim sepakbola Putra Kujang, Sumedang. Daffa berlatih di sana saat masih tinggal di Rancakalong, Sumedang. Di tim itu juga, ia sempat dilatih Abanda Herman.
“Latihan bola pertama itu di Putra Kujang. Di situ dilatih sama Baba Wawan sama Abanda Herman. Terus naik kelas 4 SD, saya bawa ke Majalengka,” ujar Wiwin.
Saat di Majalengka, Daffa terus melanjutkan hobinya. Menurut sang Ibunda, Daffa tercatat telah bergabung dengan sejumlah tim sepakbola di Majalengka.
Awal meniti karier sepakbola di Majalengka, Daffa bergabung dengan SSB Mandala. Di tim itu juga, Daffa pertama kali mulai fokus dilatih menjadi penjaga gawang.
“Dia latihan di Mandala, sama coach Yosa (Almarhum). Lalu dilatih kiper dan memang dia menyukainya. Dari situ, dia pindah ke Melati Jaya. Di Melati Jaya, dia ikut Pak Haji Agus, diarahkan ke Aspri Jabar, waktu itu ke Malaysia, ada turnamen di sana,” jelas Wiwin.
“Pas sekolah di Darul Ulum, dia masuk di Asag-Biha. Dari sana (Asag-Biha), lalu diarahkan lagi ke Bina Sentra di Cirebon. Lalu saat fokus di Bina Sentra,” sambung Wiwin.
Di tengah kesibukan menjadi pelajar, Daffa tak pernah lelah melatih bakatnya di dunia sepakbola. Berkat kegigihannya itu, Daffa mulai dilirik tim bergengsi di Liga Indonesia.
“Dari Bina Sentra, Cirebon, Daffa direkrut oleh Firman Utina ke Borneo U-16. (Usai di Borneo) Daffa baru dapat panggilan ke Garuda Selection yang dilatih oleh coach Nil Maizar pada tahun 2021. Terus ramainya itu ketika lawan Prancis, Daffa mulai dikenal. Dari tiga pertandingan uji coba, Daffa jadi kiper utama,” kata Wiwin.
Keluarga, ucap Wiwin, bersyukur anaknya itu akan menjadi ‘anak emas’ pelatih Shin Tae-yong. Sebab, saat gabung Timnas U20, keluarga tidak terlalu berharap Daffa jadi pilihan utama pelatih. Sebab, di sana Daffa harus bersaing dengan penjaga gawang lainnya.
“Di timnas pun awalnya tidak berharap banyak, karena ada 3 kiper. Tapi kami dukung saja, saya bilang ke anak saya ‘pokoknya kamu tunjukkin kalau kamu bisa,’ gitu aja,” ucap dia.