Dr. Netty Prasetyani: Ketahanan Keluarga Harus Jadi Arus Utama Bangsa

Jakarta, 4 Juli 2025 — Seminar bertema “Pilar Dasar Keluarga Berketahanan” menjadi sesi yang menggugah dalam rangkaian Muktamar ke-5 Wanita Persatuan Ummat Islam (PUI). Bertempat di Graha Wisata TMII Jakarta, seminar ini menghadirkan narasumber nasional Dr. Hj. Netty Prasetyani, S.S., M.Si., Anggota Komisi IX DPR RI dan Ketua Dewan Pakar Pusat Wanita PUI. Diskusi dimoderatori oleh Hj. Herliani, M.Ag., Ketua II DPP Wanita PUI periode 2020-2025.
Dalam pemaparannya yang penuh wawasan, Dr. Netty menegaskan bahwa kemajuan dan kemunduran sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kekuatan institusi terkecil bernama keluarga.
“Keluarga adalah tempat pertama kita belajar makan, minum, akhlak, dan keterampilan dasar kehidupan. Jika keluarga kuat, bangsa akan kokoh. Tapi jika keluarga rapuh, negara ikut goyah,” ujarnya membuka paparan.
Realitas dan Tantangan Ketahanan Keluarga Indonesia
Dr. Netty mengungkap sejumlah fakta yang mencemaskan terkait kondisi keluarga di Indonesia. Salah satu yang disorot adalah tingginya angka stunting yang belum mencapai target nasional. Meski pemerintah menyebut angka stunting telah turun ke 19,8% dari 21,5%, namun hasil 14% kemudian 19% masih jauh dari capaian ideal.
Selain itu, tingkat pendidikan kepala keluarga yang rendah—dengan 51% kepala keluarga tidak mengenyam pendidikan atau hanya berpendidikan sangat dasar—menjadi faktor utama ketidakmandirian keluarga. Tidak hanya itu, angka kekerasan terhadap anak yang mencapai 24 ribu kasus juga menunjukkan bahwa persoalan keluarga tidak hanya soal asupan gizi, melainkan juga soal perlindungan, nilai, dan pendidikan karakter.
“Kita tidak bisa bicara keluarga tangguh kalau lingkaran dalam keluarganya sendiri sudah rapuh,” tegas Dr. Netty.
Tiga Pilar Sistemik Ketahanan Keluarga
Untuk menjawab tantangan ini, Dr. Netty memaparkan kerangka tiga sistem ketahanan keluarga yang bersifat menyeluruh: mikrosistem, mesosistem, dan makrosistem.
1. Mikrosistem
Dimulai dari keluarga sebagai inti, yaitu tempat pembentukan siklus kebaikan dan nilai. Di sini, penting ditanamkan konsep intisab—rasa memiliki terhadap keluarga dan tujuan hidup. Visi berkeluarga yang ideal, menurutnya, adalah menjadikan keluarga sebagai kendaraan menuju surga.
Ia juga menyoroti pentingnya keterlibatan Wanita PUI dalam program-program riil seperti pendidikan calon pengantin, penguatan posyandu, dan edukasi keluarga sehat, yang menjadi upaya konkret untuk memperkuat ketahanan internal keluarga.
2. Mesosistem
Lingkaran ini meliputi masyarakat dan organisasi, termasuk PUI dan jaringan anggotanya. Dr. Netty menegaskan peran penting Wanita PUI sebagai motor penggerak yang aktif dalam mengawal agenda ketahanan keluarga.
“Wanita PUI telah menunjukkan komitmen nyata dengan menerbitkan Modul Ketahanan Keluarga yang telah digunakan dalam pendidikan sekolah dan madrasah PUI. Ini adalah kontribusi strategis dalam memperluas nilai-nilai ketahanan keluarga ke ranah publik,” ujarnya.
3. Makrosistem
Lingkup terbesar dalam kerangka ini adalah negara dan kebijakan publik. Menurut Dr. Netty, negara memiliki tanggung jawab paling besar untuk memastikan keluarga mendapatkan perlindungan dan dukungan struktural, melalui regulasi, layanan sosial, dan program pembangunan manusia berbasis keluarga.
Ia menekankan bahwa ketahanan keluarga harus dijadikan arus utama pembangunan nasional (mainstream), bukan hanya menjadi wacana insidental atau proyek jangka pendek.
Harapan dan Penutup
Mengakhiri pemaparannya, Dr. Netty menyampaikan pesan penuh harapan agar keluarga di Indonesia benar-benar menjadi tempat tumbuhnya cinta dan nilai-nilai luhur yang tak berbatas. Keluarga bukan hanya tempat tinggal fisik, tapi juga tempat bertumbuhnya jiwa yang kuat, hati yang penuh kasih, dan akal yang tercerahkan.
“Keluarga adalah tempat kehidupan itu dimulai. Semoga ia juga menjadi sumber dan tempat cinta kita tanpa batas,” tutupnya dengan nada haru, yang disambut tepuk tangan panjang dari para peserta.
Antusiasme Peserta dan Relevansi Materi
Seminar ini diikuti dengan antusias oleh peserta Muktamar dari berbagai provinsi. Banyak peserta mengaku mendapat pencerahan baru tentang bagaimana peran mereka dalam keluarga tidak boleh dipandang sebelah mata, tapi justru menjadi poros utama perubahan sosial.
Materi dari Dr. Netty dinilai tidak hanya menyentuh aspek idealisme keluarga Islami, tetapi juga berbasis pada realita dan kebijakan. Pendekatan inilah yang membuat seminar menjadi sangat relevan dengan kondisi sosial saat ini.
Dengan hadirnya tokoh nasional seperti Dr. Netty Prasetyani dalam forum ini, Muktamar ke-5 Wanita PUI menunjukkan komitmennya untuk terus mendorong peran strategis perempuan dalam membangun keluarga kuat dan bangsa yang berdaulat.