Hadapi Tantangan Era Digital, PP Shofia Cahaya Bangsa Edukasi Orang Tua tentang Bahaya LGBTQ dan Generasi Alpha

Jakarta – Pengurus Pusat (PP) Shofia Cahaya Bangsa menyelenggarakan seminar online bertajuk “Bahaya LGBTQ dan Mendidik Anak Generasi Alpha” pada Kamis, 29 Mei 2025, yang diikuti oleh 70 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia. Acara ini menghadirkan dua narasumber kompeten, yaitu Dr. dr. Ika Dewi Subandiyah, M.Epid, seorang dokter ahli epidemiologi, dan Sofiana Indraswari, M.Psi, Psikolog, yang berfokus pada psikologi klinis.
Seminar dibuka dengan sambutan dari Ketua Umum PP Shofia Cahaya Bangsa, Ilin Ratna Tiara, S.Psi.I, M.Sos, sementara diskusi dipandu oleh Ripta Permata Nuary, M.Hum, Ketua Departemen Kajian PP Shofia Cahaya Bangsa. Tema seminar dipilih sebagai respons atas maraknya isu LGBTQ dan tantangan pengasuhan Generasi Alpha (anak kelahiran 2010–2025) di era digital.
Dr. Ika Dewi Subandiyah memaparkan bahaya LGBTQ dari perspektif kesehatan masyarakat, termasuk risiko penyebaran penyakit menular dan gangguan mental yang terkait dengan perilaku tersebut. Ia menegaskan bahwa pendekatan epidemiologi penting untuk memahami dampak jangka panjang LGBTQ, bukan hanya pada individu, tetapi juga pada keluarga dan masyarakat. Data statistik yang disajikan memperkuat argumen bahwa intervensi dini melalui edukasi keluarga dapat mengurangi risiko paparan anak terhadap paham ini.
Sementara itu, Sofiana Indraswari, sebagai psikolog klinis, membahas dampak psikologis dari paparan konten LGBTQ pada Generasi Alpha, yang tumbuh di tengah gempuran teknologi dan media sosial. Ia menyarankan orang tua untuk membangun komunikasi terbuka, memperkuat nilai agama, dan memfilter konten digital yang dikonsumsi anak.

Ketua Umum PP Shofia Cahaya Bangsa, Ilin Ratna Tiara, dalam sambutannya menekankan pentingnya ketahanan keluarga dalam menghadapi tantangan modern. Ia menyatakan bahwa seminar ini merupakan bagian dari misi organisasi untuk memperkuat peran perempuan dan keluarga dalam membangun generasi muda yang berkarakter. “Kami berkomitmen untuk terus memberikan edukasi yang berbasis ilmu pengetahuan dan nilai-nilai keislaman, terutama dalam menghadapi isu-isu kontemporer seperti LGBTQ,” ujarnya.
Moderator Ripta Permata Nuary menambahkan bahwa diskusi semacam ini diperlukan agar masyarakat tidak terjebak dalam polarisasi isu, tetapi mampu mengambil sikap berdasarkan pemahaman yang komprehensif.
Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan, terutama seputar cara mengidentifikasi tanda-tanda penyimpangan gender pada anak serta strategi parenting di era digital. Beberapa peserta juga meminta rekomendasi literatur atau program pendampingan keluarga yang bisa diakses setelah seminar. PP Shofia Cahaya Bangsa berjanji akan mengadakan kegiatan lanjutan, baik dalam bentuk webinar, pelatihan, maupun konseling, untuk memastikan dampak positif dari acara ini.
Seminar ini juga menjadi momentum untuk memperkenalkan visi baru PP Shofia Cahaya Bangsa, yang sebelumnya dikenal sebagai Pemudi Persatuan Ummat Islam (Pemudi PUI). Perubahan nama ini mencerminkan perluasan peran organisasi dalam membangun ketahanan keluarga dan generasi muda, tidak hanya dari aspek keagamaan, tetapi juga sosial dan pendidikan. Nama “Shofia” yang berarti “orang-orang terpilih” dalam bahasa Arab diharapkan menjadi inspirasi bagi anggota dan masyarakat untuk berkontribusi dalam membangun peradaban yang lebih baik.



