Krisis Keturunan di Jepang, Sekjen PUI Berharap Tidak Menimpa Indonesia

PUI.OR.ID – Kondisi Jepang setelah dihantam resesi pernikahan semakin mengkhawatirkan. Angka kelahiran di negara tersebut terus menurun karena warganya yang tidak ingin memiliki pasangan dan keturunan.
Hal ini membuat pemerintah Jepang turun tangan untuk menjodohkan warganya. Berbagai program mulai dari layanan perjodohan berbasi AI, pelatihan kencan hingga subsidi kelahiran.
“Pemerintah akan mengambil tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengatasi tingkat kesuburan Jepang yang menurun,” terang Perdana Menteri Fumio Kishida dalam pidatonya, Kamis (23/2/2023).
Sebelumnya, viral sebuah video yang mengabarkan bahwa pemerintah Jepang mengambil alih 9 juta rumah kosong karena tidak ditempati. Ini karena pemilik sebelumnya tidak memiliki anak sehingga saat mereka meninggal dunia, tidak ada keturunan yang menempatinya.
Menyikapi hal itu, Sekretaris Jenderal DPP PUI H Raizal Arifin berharap agar fenomena itu tidak terjadi di indonesia.
“Semoga krisis keturunan yang terjadi di Jepang dan Korea Selatan tidak melanda negara kita, karena di Indonesia mayoritas diwarnai pemahaman Islam,” katanya kepada PUIorid, Jumat (24/02).
“Alhamdulillah bangsa kita memiliki tradisi bahwa anak itu membawa berkah dan akan mendatangkan rizki,” lanjutnya.
Raizal juga ingin menepis kekhawatiran sebagian masyarakat terhadap merebaknya isu childfree di kalangan pasangan muda.
Menurutnya, budaya itu tidak akan diterima masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Mereka percaya bahwa memiliki keturunan adalah fitrah manusia.
“Salah satu tujuan hidup adalah memiliki pasangan atau pernikahan yang tujuannya melanjutkan keturunan,” kata ayah dari empat orang anak ini.
“Dengan pasangan dan keturunan yang baik, hidup menjadi bahagia dan dapat menyempurnakan separuh agama. Separuhnya lagi dengan beribadah dan bertakwa kepada Allah Swt,” jelasnya.