Oleh KH Ahmadie Thaha
Anggota Majelis Syura PUI, Bekas Wartawan Tempo dan Pendiri Republika Online
Tahukah anda, empat poin pokok Intisab yang menjadi manhaj utama ormas PUI (Persatuan Ummat Islam) berasal dari tokoh pembaharu Mesir, Syeikh Mahmud Abul Faidl al-Manufi?
Dalam kitab karyanya, ar-Ruh az-Zakiyyah atau al-Washaya adz-Dzahabiyyah, tercantum kalimat persis dari empat pokok Intisab PUI, yaitu:
الله غايتنا
والخلاص مبدؤنا
و الاصلاح سبيلنا
و المحبة شعارنا
Berikut sekilas profil Syeikh Mahmud Abul Faid al-Manufi, yang saya rangkum dari berbagai sumber:
Mahmud Abul Faid al-Manufi dikenal sebagai seorang tokoh tarekat Syadziliyah Faidliyyah, salah satu cabang dari tarekat Syadziliyah yang berkembang luas di Mesir.
Beliau lahir di kota Manuf, sebuah kota di provinsi al-Manufiyya, yang terletak di sebelah utara Kairo. Beliau wafat di Kairo, setelah menjalani kehidupan spiritual dan intelektual yang mendalam di Mesir serta melakukan perjalanan haji ke tanah suci di Hijaz.
Sejak masa kecil, Mahmud Abul Faid al-Manufi menunjukkan minat yang besar terhadap ilmu agama. Beliau menghafal Al-Qur’an dan melanjutkan pendidikannya di sekolah-sekolah negeri hingga meraih gelar baccalaureate dari Sekolah Ras al-Tin di kota Alexandria. Pendidikan yang baik ini memberikan dasar yang kuat bagi pemahamannya tentang ilmu-ilmu agama dan tasawuf.
Sebagai seorang sufi dan pemimpin tarekat Syadziliyah Faidliyyah, Mahmud Abul Faid al-Manufi banyak meninggalkan warisan intelektual dan spiritual. Salah satu karya terpentingnya adalah “مولد الطريقة الفيضية – الموسوم بالنفحة الإلهية في مولد خير البرية”, sebuah kitab yang berisi syair-syair tentang peringatan Maulid Nabi berdasarkan perspektif tarekat Syadziliyah Faidliyyah.
Selain itu, ia juga menulis buku “الوصية الذهبية”, yang memuat puisi-puisi dengan berbagai tema. Kitab ini juga terbit dengan judul الروح الزكية.
Karya-karya ini memperlihatkan kedalaman pemahamannya tentang tasawuf dan ajaran Islam, serta menjadi panduan bagi para muridnya dalam menjalani kehidupan spiritual.
Mahmud Abul Faid al-Manufi dikenal sebagai seorang sufi yang memiliki semangat pembaruan. Menurut disertasi berjudul “أبو الفيض المنوفى وجهوده فى التصوف” yang ditulis oleh Muhammad Hasan Muaz Hasan pada tahun 2019 di Universitas Minya, Abul Faid al-Manufi tidak bersifat konvensional dalam pendekatan tasawufnya.
Ia menekankan pentingnya kembali kepada Al-Qur’an, Sunnah, dan ajaran para sahabat, serta berupaya memberantas bid’ah dan menyimpang dari praktek yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang murni. Beliau juga mendesak reformasi dalam perilaku sebagian guru tarekat yang dianggap telah menyimpang dari ajaran Islam.
Dalam ajaran tarekat Faidliyyah yang dipimpinnya, Mahmud Abul Faid al-Manufi menggabungkan aspek spiritual dan kemanusiaan, bertujuan untuk membangun religiositas yang benar, didasarkan pada ilmu yang benar. Hal ini dilakukan untuk mencapai kesucian jiwa, menjaga agama yang benar, serta memperoleh pemahaman dengan cahaya hati atau basirah.
Lebih jauh lagi, Abul Faid al-Manufi dianggap sebagai salah satu tokoh pembaruan dalam dunia tasawuf pada zamannya. Ia mempromosikan nilai-nilai tasawuf yang autentik dan berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat.
Abul Faid menolak keterasingan sosial yang sering dikaitkan dengan praktik sufi yang salah, dan justru mendorong interaksi yang positif dan aktif dalam masyarakat.
Selain tasawuf, Mahmud Abul Faid al-Manufi juga mendalami ilmu-ilmu lain seperti filsafat dan ilmu kalam. Beliau mengintegrasikan filsafat dengan ajaran tasawuf, menggabungkan logika dengan spiritualitas, dan menunjukkan bahwa rasio atau akal merupakan langkah awal dalam mengenal Allah.
Dengan demikian, ia menciptakan hubungan yang erat antara ilmu pengetahuan dan tasawuf, serta menyeimbangkan antara penggunaan akal dan penghayatan spiritual dalam ajarannya.
Mahmud Abul Faid al-Manufi menjadi salah satu tokoh tarekat yang berpengaruh di Mesir dan memiliki peran besar dalam memelihara serta mengembangkan tasawuf yang murni, bebas dari pengaruh negatif dan bid’ah, sambil tetap mempromosikan pembaruan dalam ajaran sufi.
Warisannya dalam dunia tasawuf masih dihormati hingga hari ini, khususnya di kalangan pengikut tarekat Syadziliyah Faidliyyah. Yang pasti, poin utama ajarannya diadopsi secara utuh dan menjadi ideologi perjuangan di Indonesia oleh ormas besar PUI.
(Ahmadie Thaha/22.09.2024)