PUI Dipuji Sebagai Pilar Pendidikan oleh Wamendikdasmen RI

Medan — Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Republik Indonesia, Prof. Atip Latipulhayat, Ph.D., hadir secara langsung dalam perhelatan akbar Muktamar Persatuan Ummat Islam (PUI) ke-15 sebagai keynote speaker dalam Stadium General “Masa Depan Pendidikan Indonesia”, Kamis (15/5). Acara ini dimoderatori oleh Sekretaris Jenderal DPP PUI, Dr. Kana Kurniawan MAHk.
Hadir juga dalam acara ini Ketua Majelis Syura PUI KH Nurhasan Zaidi beserta jajaran Anggota Majelis Syura, Ketua Umum DPP PUI H Raizal Arifin beserta jajaran pimpinan pusat, serta para muktamirin dari seluruh wilayah dan daerah PUI se-Indonesia.
Dalam sambutannya di hadapan muktamirin, Prof. Atip memperkenalkan diri sekaligus memperkenalkan jajaran Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah kepada seluruh peserta. Ia juga menyampaikan salam hangat dari Menteri Pendidikan yang sedang menjalankan tugas negara di Korea Selatan dalam forum Impact Meeting.
Dengan penuh penghormatan, Prof. Atip menyapa keluarga besar PUI dan menunjukkan ketertarikan pada sejarah pendirian organisasi ini, bahkan sempat bertanya langsung mengenai sosok pendiri PUI KH Abdul Halim dan KH Ahmad Sanusi, serta pelopor Fusi Mr R Samsudin. Ia kemudian mengaitkannya dengan sejarah tokoh-tokoh pendidikan Islam seperti Mohammad Natsir dari Persis, yang juga dikenal sebagai pejuang pendidikan dan kemerdekaan.
“PUI adalah salah satu stakeholder penting dalam pendidikan di Indonesia. Salah satu modal kemerdekaan kita adalah hadirnya manusia-manusia terdidik,” ujarnya di hadapan ratusan peserta.
Prof. Atip menekankan bahwa amanat konstitusi Indonesia, terutama dalam tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, merupakan refleksi dari kesadaran sejarah bangsa, aspirasi luhur para pendiri, sekaligus kekhawatiran akan potensi penjajahan kembali. “Ada misi profetik dalam konstitusi kita,” tegasnya.
Ia menjelaskan bahwa sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) berusaha mengelaborasi amanat konstitusi tersebut melalui penguatan mutu pendidikan. Dengan lebih dari 300.000 sekolah dan 4.000 perguruan tinggi, Indonesia bahkan melebihi jumlah institusi pendidikan di Tiongkok. Namun, tantangan besar masih ada, terutama dalam menghasilkan lulusan yang bermutu.
“Quality is everything. Karakter memiliki fitrah sejati. Diferensiasi adalah kelebihan kita. Namun kita masih tertinggal dalam skor PISA dibanding negara ASEAN, seperti Singapura dengan skor 536 sementara Indonesia baru di angka 336,” paparnya.
Dalam konteks kehadirannya di Muktamar PUI, Prof. Atip menegaskan peran strategis lembaga pendidikan swasta sebagai mitra pemerintah. Ia menggarisbawahi bahwa tidak mungkin pemerintah menjalankan pendidikan nasional tanpa kontribusi nyata dari sektor swasta.
“Di saat banyak SD negeri diregrouping karena kekurangan siswa, justru sekolah swasta seperti yang dikelola PUI terus bertambah. Kebijakan pendidikan tidak ada yang mengecualikan swasta, bahkan program revitalisasi sekolah dari Presiden terpilih Prabowo Subianto juga menyasar sekolah-sekolah swasta,” ujarnya.
Ia juga mengangkat isu rendahnya minat pelajar terhadap bidang STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics), yang menurutnya disebabkan oleh metode belajar yang kurang menarik. Pemerintah, tambahnya, sedang mempersiapkan pelatihan guru ke Australia, negara yang berhasil menciptakan suasana sekolah yang begitu menyenangkan hingga siswa dan guru merasa sedih ketika libur panjang.
“Sekolah harus joyful dan meaningful. Rasa ingin tahu harus ditumbuhkan, bukan dimatikan oleh larangan atau ketakutan. Dan itu hanya bisa tercapai jika pendidiknya juga disentuh,” katanya.
Menutup paparannya, Prof. Atip menekankan pentingnya dua hal: kualitas guru dan kesejahteraan guru. Pemerintah, tegasnya, akan memberikan dukungan biaya pendidikan bagi guru-guru yang belum menyelesaikan jenjang S1 atau D4. Ia pun menyampaikan komitmen Presiden terpilih Prabowo: “Saya tidak mau melihat fasilitas pendidikan yang tidak layak.”
Kehadiran Prof. Atip menjadi angin segar bagi keluarga besar PUI, memperkuat semangat organisasi dalam berkhidmat di bidang pendidikan, dan membuka ruang sinergi yang lebih luas dengan pemerintah dalam mewujudkan pendidikan Indonesia yang unggul dan berdaya saing.



