AgamaHikmahOpini

Pesan Pendidikan Luqman (Seri 04): Mendidik itu Berkomunikasi Aktif

Oleh. Dr. KH. Wido Supraha, M.Si.

Wakil Ketua Umum DPP PUI

PUI.OR.ID – Disebut mendidik adalah ketika seorang Ayah yang telah sadar bahwa dirinya adalah sosok pendidik bagi anak-anaknya, melakukan proses pendidikan itu dengan penuh kesadaran menghadirkan proses yang benar dan bertahap di dalam menanamkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam yang dapat diambil dari Kitab Suci Al-Qur’an sehingga dapat masuk ke dalam jiwa anaknya, sebagai murid biologis yang juga murid ideologisnya. Menyadari bahwa sebagai pendidik, ia tidak saja digugu tapi ditiru seluruh perilaku dan kepribadiannya. Sekaligus, menyadari bahwa buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, bahwa kepribadian anak kita tidak akan jauh dari kepribadian kita secara umum.

Dari 17 dialog pendidikan sebagai wujud komunikasi orang tua kepada anak-anaknya, 14 dialog diredaksikan Allah SWT melalui sosok Ayah, dan di antaranya rangkaian Surat Luqman [31] ayat 12-19 ini. Kisah-kisah tersebut memberikan inspirasi betapa aktifnya para ayah dari kalangan para Nabi dan orang-orang shalih dahulu dalam mewariskan generasi terbaik pada zamannya. Maka nasihat kepada para ayah yang hari ini masih pendiam dan tidak mau terlibat pada pendidikan anaknya, atau menganggap bahwa tugas mendidik hanyalah tugas istrinya, patutlah ia mulai menyadari kesalahannya yang mungkin disebabkan jarangnya ia mentadabburi ayat-ayat suci Al-Qur’an, dan jarangnya ia hadir dalam majelis-majelis dzikr yang membahas tema-tema Qur’ani.

Keempat belas dialog pendidikan yang dimaksud adalah dialog Nabi Nuh a.s. dalam surat Hud [11] ayat 42 – 43, Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ya’qub a.s. dengan anaknya dalam surat Al-Baqarah [2] ayat 130 – 133 dan surat Ash-Shaffat [37] ayat 102, dialog Nabi Ibrahim a.s. dengan ayahnya dalam surat Al-An’am [6] ayat 74 dan surat Maryam [19] ayat 41 – 48, dialog Nabi Ya’qub a.s. dengan anaknya dalam surat Yusuf [12] ayat 4 – 5, 11 – 14, 16 – 18, 63 – 67, 81 – 87, 94 – 98, 99 – 100, dialog Nabi Syu’aib a.s. dengan anak perempuannya dalam surat Al-Qashash [28] ayat 26, serta tentunya nasihat Luqman dalam surat Luqman [31] ayat 13 – 19.

Berkomunikasi bermakna menyampaikan perkataan yang benar, bernas, tepat pada waktunya, bermanfaat, memotivasi, menguatkan, menyatukan hati, menambah pemahaman, dan mendorong untuk mencintai amal kebaikan. Dalam hal komunikasi aktif ini, seorang pendidik hendaknya memperhatikan bagaimana suasana hati murid, suasana lingkungan sekitar, bagaimana teknik mengkondisikan jiwa murid seperti dengan ice-breaking sebelum memulai komunikasi, intonasi suara, panggilan awal yang tepat, tahapan konten materi yang akan dipilih untuk disampaikan, dan target yang diharapkan. Hal ini agar hasil dari proses pendidikan dapat diukur dan dievaluasi.

Al-Qur’an sendiri menggunakan beberapa diksi untuk mengkomunikasikan sebutan untuk anak keturunan, seperti al-walad, ath-thifl, al-ibn, al-bint, adz-dzurriyyah, hafadah, ash-shabiyy, dan al-ghulam. Pengkajian akan peristilahan ini membawa pada pemahaman akan pentingnya memahami tahapan tumbuh kembang fisik yang diikuti psikologi jiwa anak. Komunikasi aktif akan mendorong setiap ayah untuk lebih mengenali diri anaknya, lahir dan batin.

Related Articles

Back to top button